Rabu, 15 Mei 2024

Mengecilkan yang Besar


 


Hingga sekarang aku masih termenung tentang satu kalimat yang muncul dari seorang coach program pendmapingan eksportir.

“Mengecilkan hal yang nampak Besar”

Aku mencoba memahami apa makna sejatinya dari kalimat tersebut. Sebenarnya aku merasa cukup paham, dan mengira-ngira apa makna sebenarnya. Namun rasanya kurang puas ketika aku belum mendapatkan penjelasan lengkap langsung dari orang yang melontarkan kalimat tersebut.

Di artikel ini, aku akan mencoba untuk menguraikan apa maknanya, berdasarkan pada apa yang saya tangkap secara tersirat dari pola pikir beliau selama menyampaikan materi tentang dunia ekspor.

Dalam sesi penyampaian materi inti dan diskusi, beliau sering menyebutkan pengalaman beliau meng-handle banyak buyer dengan permintaan tonase yang dalam kacamata saya sangat besar. Beliau pernah melayani permintaan buyer untuk produk safety outfit. Nilainya miliaran rupiah. Beliau menyebutkan menyebut tentang bagaimana sebuah perusahaan mengekspor ribuan container setiap bulan, dengan nilai transaksi yang fantastis. Namun, beliau masih menyebutkan nilai transaksi tersebut dengan nada yang “biasa saja”.

Beliau nampak seperti seorang yang sudah biasa bergelut dengan angka-angka besar, namun hal teresebut “kecil” dan “biasa saja” di matanya. Beliau menyampaikan circle beliau yang berisi orang-orang besar, orang-orang hebat, namun dengan nada yang biasa saja. Semua hal-hal besar yang besar, yang hebat, beliau sampaikan dengan nada biasa saja. Padahal, pada umumnya, orang akan menggunakan nada tertentu ketika menyampaikan hal-hal yang besar, atau hal-hal yang hebat.

Dari sini aku merenung dan menyimpulkan sendiri tentang apa makna yang tersirat dari kalimat “mengecilkan yang besar”. Kurang lebihnya adalah sebagai berikut;

“untuk segala hal yang terkait dengan urusan duniawi, pandanglah kecil. Hal-hal duniawi, seberapa besar pun angka, bentuk, dan kesan yang dimilikinya, perlakukan lah ia secara biasa saja. Jangan terlalu kagum dengan urusan duniawi. Harta puluhan atau bahkan ribuan trilyun, circle orang-orang hebat, dan segala hal yang umumnya nampak besar lainnya, semestinya dipandang biasa saja. Ini adalah soal mindset. Biasakan mindset aku untuk melihat biasa saja segala hal duniawi. Sukses itu biasa kok. Kaya itu biasa kok. Meraih pencapaian besar itu biasa kok.

Dengan menganggapnya biasa, maka aku akan merasa bahwa semua “hal besar” itu achievable. Jarak antara aku dengan hal-hal besar itu sangat dekat. Sementara, ketika aku merasa “wow” terhadap semua hal besar tersebut, maka alam bawah sadarku akan menilai bahwa aku berjarak jauh dari pencapaian-pencapaian besar. Seolah hal-hal besar adalah asing, dan jauh untuk dijangkau. Jangan! Jangan berpikir “wow” terhadap segala hal besar tersebut. Itu semua biasa saja. Itu semua achievable, dan semua orang pun pasti bisa, sebenarnya.”

Ini soal mindset. Dan aku pasti bisa memiliki mindset tesebut. Butuh pembiasaan, untuk memandang kecil hal-hal yang besar. aku pasti bisa. Pasti bisa laah. Sama-sama makan nasi. Sama-sama hidup di permukaan bumi. Sama-sama punya kepala satu. Mereka bisa, aku pasti juga bisa. Semua itu nampak kecil di mataku.

Ya Alloh, Terimakasih untuk paginya Purwokerto yang asri, damai, dan indah!

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar