Perasaan adalah energy. Pikiran adalah energy. Energy-energi
tersebut berpengaruh terhadap apa yang hadir mewujudan nyata dalam hidup kita. Pikiran
dan perasaan positif seringkali menarik hal-hal positif hadir dalam keseharian
hidup kita. Begitu pula pikiran dan perasaan negative menarik hal-hal negative untuk
hadir dalam hidup kita. Konsep seperti ini seringkali disebut dengan Law of
Attraction atau hukum ketertarikan.
Apa yang kita pikirkan dan rasakan kadang tidak
mewujud nyata, terutama hal-hal yang berkaitan dengan yang kita harapkan untuk
terwujud. Kita panjatkan doa, supaya hajat kita terwujud. Namun kadang tidak
lekas mewujud. Kenapa bisa terjadi hal demikian? Bisa jadi, hal tersebut
terjadi karena pikiran dan perasaan kita negative saat kita berdoa, saat kita
beribadah. Kokbisa beribadah dan berdoa dengan perasan dan pikiran negative? Bagaimana
bisa kita beribadah dengan perasaan dan pikiran negative? Apakah mungkin? Jawabannya
adalah mungkin saja dan bias saja.
Begini ilustrasinya.
Saat berdoa, kita panjatkan berbagai harapan
untuk Tuhan kabulkan. Namun di waktu yang sama, kita berdoa dengan pancaran perasaan
seperti orang yang penuh kekurangan. Ada perasaan dan pikiran bahwa ada yang
kurang belum terwujud dalam hidup kita. Perasaan dan pikiran kurang tersebut
justru menjadi penarik bagi terwujudnya kekurangan yang nyata. Kita berdoa
mengharapkan kelimpahan rizki, dengan pancaran perasaan seperti orang yang masih
penuh kekurangan. Yang terwujud justru bisa saja berupa kekurangan pula.
Lantas bagaimana caranya supaya kita bisa mewujudkan
hal-hal yang kita inginkan? Bagaimana pula caranya kita beribadah dengan
perasaan dan pikiran yang positif? Caranya adalah dengan merubah perspektif
ibadah kita. Merubah perspektif dari berdoa dan beribadah karena merasa ada yang
masih kurang dan hal yang belum kita wujudkan, menjadi beribadah karena kita
bersyukur atas berbagai hal karunia yang Alloh limpahkan kepada kita. Beribadah
karena kita merasa cukup dan telah dicukupkan oleh Alloh SWT. Ini memang tidak
mudah, dan ini butuh seni mengelola pikiran. Merubah perspektif beribadah
seperti ini akan membuat kita merasa sebagai orang yang berkecukupan. Perasaan dan
pikiran kecukupan tersebut yang akhirnya menarik kecukupan dan keberlimpahan
lainnya, sesuai dengan prinsip hokum ketertarikan.
Jika kita memiliki keinginan dan keinginan
tersebut kita panjatkan dalam doa, maka milikilah pikiran dan perasaan bahwa
kita layak untuk meraih apa yang kita inginkan tersebut. Jangan miliki perasaan
layaknya orang yang tidak memiliki hal tersebut. Libatkan perasaan dan pikiran
bahwa perwjuduan atas apa yang kita inginkan adalah sebuah keniscayaan, and itu
hanya masalah waktu. Miliki keyakinan seperti itu. Miliki perasaan dan pikiran
bahwa kita pantas mendapatkan apa yang kita inginkan. Yakini bahwa Alloh lekas
mewujudkannya, apa pun itu caranya. Insya Alloh itu adalah cara terwujudnya apa
yang kita harapkan dalam hidup.
Intinya, berdoa dan beribadah jangan disertai
dengan perasaan bahwa kita masih kekurangan. Melainkan, kita beribadah karena
itu adalah wujud rasa syukur atas segala karunia yang Alloh berikan kepada kita
berupa hidup dengan segala kelebihannya.
Begitulah cara merubah perspektif doa agar kita
bias mewujudkan apa yang kita inginkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar