Dalam ilmu psikologi
sering disebut self-esteem. Namun aku lebih suka menggunakan istilah “deserve
feeling”. “deserve feeling” adalah perasaan bawah sadar yang dimiliki seseorang
yang meyakini bahwa dia layak mendapatkan sesuatu, memiliki sesuatu, atau layak
berada pada kondisi tertentu dalam konteks yang positif. Keyakinan tersebut
ternyata menjadi modal kuat untuk seseorang berhasil mencapai suatu kondisi
yang dia inginkan. “deserve feeling” bisa berkaitan dengan kondisi ekonomi,
status social, kepemimpinan, dan lainnya.
Ada beberapa ilustrasi yang
cukup mudah dipahami untuk menggambarkan konsep “deserve feeling”. Pertama, kondisi
ekonomi penuh keberlimpahan dalam suatu keluarga biasanya diwariskan secara
turun temurun. Bukan semata turun temurun karena factor warisan, melainkan
karena factor “deserve feeling” yang dimiliki orang yang berasal dari keluarga
tersebut. Kedua, para pemimpin organisasi atau perkumpulan besar seperti
pemimpin negara, partai, perusahaan besar, oraganisasi masa besar, dan perjuangan
kemerdekaan biasanya menurunkan keturunan yang menjadi pemimpin besar pula. Para
keturunan pemimpin tersebut biasanya memiliki “deserve feeling” karena mereka
tumbuh di lingkungan keluarga pemimpin. Sebenarnya masih banyak ilustrasi
lainnya, namun dua hal tersebut semestinya cukup untuk menggambarkan konsep “deserve
feeling”.
Faktanya, “deserve
feeling” tidak dimiliki semua orang. Lawan kata dari “deserve feeling” adalah
feeling inferior. Kurang lebih seperti itu. Feeling inferior, kebalikan dari “deserve
feeling”, adalah keyakinan bawah sadar pada diri seseorang bahwa dia tidak
layak mendapatkan sesuatu. Feeling inferior juga bisa berarti keyakinan bawah
sadar seseorang bahwa dia layak mendapatkan kondisi yang dia tidak inginkan dan
menerimanya sebagai sebuah takdir yang dia layak jalani.
Baik “deserve feeling” maupun
feeling inferior seringkali menjadi factor yang menentukan nasib seseorang. Seorang
individu yang lahir dan tumbuh di keluarga penuh kecukupan, alias kaya, ketika
keluaranya mengalami kebangkrutan, biasanya ia cenderung mampu untuk lebih
cepat bangkit menjadi sukses. Selain karena factor kerja keras, penentu
kesuksesan tersebut adalah karena adanya “deserve feeling”. Dia terbiasa hidup
dalam kecukupan, bahkan berkelimpahan. Hal tersebut menumbuhkan keyakinan bawah
sadar bahwa DNA yang ia miliki adalah DNA orang kaya. Dia merasa kondisi yang
paling layak buat dia adalah kondisi berkelimpahan. Tidak ada gambaran dalam
keyakinan bawah sadarnya bahwa ia dilahirkan untuk hidup dalam kondisi penuh
kekurangan.
Sementara, orang-orang
yang terlahir dan dibesarkan di keluarga miskin umumnya butuh effort ekstra
untuk menjadi orang yang sukses berkelimpahan. Kebanyakan dari mereka bahkan
hanya mampu meneruskan kondisi kekurangan tersebut. Kenapa demikian? Di antara
sekia banyak factor, feeling inferior adalah factor yang sangat berpengaruh. Keyakinan
bawah sadarnya mengatakan bahwa dia layak untuk menjadi orang yang kekurangan. Terlebih
ketika dia meyakini bahwa kondisi miskin yang ia alami adalah sebuah nasib yang
harus dia terima sebagai sebuah takdir dari Tuhan.
“deserve feeling”
biasanya tumbuh pada diri seseorang yang memiliki privilege. Sementara feeling
inferior umumnya tumbuh pada pribadi seseorang yang hidup tanpa privilege,
bahkan penuh kekurangan.
Lantas, pertanyaan
penting yang perlu didiskusikan adalah, bisakah orang-orang yang hidup dalam
kondisi tanpa privilege mencapai kejayaan, kegemilangan, keberhasilan,
sebagaimana yang dicapai oleh orang-orang yang memiliki “deserve feeling”?
Jawabannya dalah, BISA.
Untuk bisa, maka seseorang
butuh Pendidikan atau pencerahan. Pendidikan disini tidak diartikan secara sempit
sebagai Pendidikan formal berupa sekolah atau kampus. Toh seringkali Pendidikan
formal juga tidak menjamin seseorang memiliki “deserve feeling”. Pendidikan di sini
bisa berupa Pendidikan pasif maupun aktif. Pendidikan pasif terjadi ketika
seseorang mencapai kesadaran saat mendapakan inspirasi, nasihat, atau
pencerahan dari orang lain tentang pentingnya menumbuhkan “deserve feeling”. Bahwa
setiap orang berhak untuk mencapai apa yang ia inginkan. Bahwa setiap orang memiliki
kesempatan untuk mencapai apa pun yang ia inginkan. Bahwa kenyataan yang kita
raih merupakan perwujudan dari keyakinan yang kita tumbuhkan. Sementara, Pendidikan
aktif terjadi ketika seseorang secara sadar mencari jawaban tentang bagaimana
caranya memiliki atau menumbuhkan “deserve feeling” pada dirinya melalui
pengamatan, perenungan, membaca berbagai literatur, diskusi dengan orang-orang
yang memiliki pencapaian besar.
NB:
Istilah “deserve feeling”
ini tidak umum digunakan. Itu hanya istilah yang aku gunakan untuk
menggambarkan kondisi perasaan seseorang yang mempengaruhi sitausi yang
terwujud dalam hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar