Ibuku sedang honeymoon teknologi. Beliau sedang
senang-senangnya “me-time” dengan ponsel pintar. Dikit-dikit, telpon
anak-anaknya. Dikit-dikit telpon saudara jauh yang kebetulan nomornya beliau
simpan. Bagi kita-kita yang sudah terbiasa menggunakan ponsel, tentu hal itu
menggelikan. Namun bagi seseorang yang baru honeymoon teknologi digital seperti
ibuku, tentu itu adalah hal yang sangat membahagiakan. Dan aku pun bahagia
melihat beliau bahagia dengan ponselnya. Sepertinya sudah saatnya TV dirumah diganti dengan Smart TV.
Aku menyesal, kenapa dulu aku sempat tak yakin bahwa orang
tuaku bisa akrab dengan tekologi. Dari dulu, ponsel yang aku belikan untuk mereka
adalah ponsel konvensional yang hanya bisa dipakai untuk berkomunikasi via
pesan dan telpon manual. Namun ternyata melek digital itu bisa dipelajari oleh
siapa saja, termasuk oleh orang tua. Apalagi kalau orang tua kita belum tua-tua
amat. Andai aku tahu sedari dulu, tentu aku tidak repot-repot untuk top up
Skype yang cukup mahal, hanya agar bisa menelpon orang tua sewaktu aku masih
berada di Jepang dan Australia.
Memang benar bahwa never take anything for granted. Sekarang
aku jadi berpikir bahwa sepertinya boleh juga kalo aku ajari Bapak Ibuku bahasa
Inggris. Biar mereka tidak repot lagi menjalin komunikasi dengan teman-temanku
dari Negara luar ketika mereka datang berkunjung. Ini bakal jadi ide gila sih. Secara,
mengajari bahasa asing kepada murid-muridku yang masih remaja saja cukup susah,
terutama yang motivasi belajar bahasa asingnya rendah. Apalagi ini orang tua. Tapi
kesalahan yang sama tidak boleh terulang. Aku tak boleh take my parents for
granted. Barangkali yang terjadi adalah sama seperti bagaimana orang tuaku bisa
menggunakan ponsel pintar, yaitu mereka sebenarnya bisa berbahasa asing jika
diajari dengan sabar dan diyakini bisa.
“Kita tidak pernah tau bahwa sesuatu bisa terwujud
hingga kita memastikannya”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar