“Masa pengenalan
lingkungan sekolah seharusnya menjadi Masa untuk para peserta didik merumuskan
visi pendidikan mereka secara jelas.”
Tahun ajaran baru 2022/2023 sudah dimulai. Mulai tanggal
11 Juli 2022 ini, sekolah-sekolah di berbagai jenjang pendidikan menjalankan
program rutin awal tahun ajaran baru yang disebut Masa Pengenalan Lingkungan
Sekolah (MPLS). Program tersebut biasanya berlangsung di minggu pertama tahun
ajaran baru. Berbagai kegiatan yang dilaksanakan dalm MPLS biasanya dilaksanakan
mengikuti ketentuan dari Perendikbud nomor 18 Tahun 2016 dengan penyesuaian
yang selaras dengan karakteristik serta kondisi sekolah. Pada MPLS tahun ini,
pengenalan profil pelajar Pancasila mendapatkan perhatian khusus. Lantas, apa
sebenarnya peran strategis yang ada pada MPLS terhadap pendidikan peserta
didik?
Sesuai dengan arahan Permendikbud Nomor 18 Tahun 2016,
jelas disebutkan bahwa kegiatan MPLS tidak diperkenankan mengandung unsur
kekerasan, perundungan, indoktrinasi pemahaman radikal negative, intoleransi
serta kegiatan-kegiatan lain yang berdampak negatif dan minim unsur kemanfaatannya.
Selain itu, pengenalan profil pelajar pancasila juga jelas menjadi penekanan
dari program MPLS. Namun ada satu hal yang sepertinya sering dilupakan oleh
para perumus kebiakan tingkat sekolah terkait MPLS, yaitu adanya ruang untuk mengkreasi
kegiatan yang sesuai dengan karakteristik, kebutuhan, dan kondisi sekolah serta
lingkungan sekitar sekolahs. Idealnya, kegiatan MPLS dirumuskan secara serius
oleh para pemangku kebijakan sekolah. Hasil evaluasi yang dilaksanakan pada
kegiatan MPLS di tahun sebelumnya semestinya menjadi pedoman untuk memperbaiki
kualitas program MPLS yang dilaksanakan di tahun ini. Begitu pun seharusnya MPLS
tahun ini dievaluasi dan dijadikan sebagai referensi untuk lebih baiknya
pelaksanaan MPLS di tahun berikutnya.
Sekolah semestinya tidak take this opportunity for granted. Kegiatan MPLS semestinya tidak
dilaksanakan sekedar formalitas saja, dimana kegiatan-kegiatannya kurang
bermakna dan para pengisi materinya kurang persiapan. Ini memang sebuah
hipotesis, bahwa masih banyak sekolah yang melaksankaan kegiatan MPLS secara
formalitas semata. Namun hipotesis ini bisa menjadi bahan refleksi bersama,
apakah memang benar bahwa kegiatan MPLS di sekolah dilaksanakan hanya sebatas
formalitas yang kurang makna.
Ada banyak peran strategis yang dimiliki MPLS untuk
kemaslahatan para peserta didik. Yang pertama, MPLS semestinya mejadi momen
untuk sekolah membantu para peserta didik merumuskan visinya dalam menjalani
studi. Perumusan visi tersebut penting, agar peserta didik tidak melewatkan
momen pendidikan selama sekolah dengan hanya mendapat ijasah saja. Belajar dari
sekolah-sekolah keren seperti Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia), di
awal tahun ajaran baru, para peserta didik dibantu oleh para guru untuk
menentukan rencana mereka setelah lulus sekolah nantinya. Banyak di antara
peserta didik dari sekolah tersebut yang sedari awal masuk sekolah sudah
memiliki gambaran jelas untuk melanjutkan pendidikan di Universitas impian
mereka. Banyak diantara mereka yang merencanakan untuk mendaftar beasisiswa
studi di luar negeri. Dengan memiliki visi yang jelas, mereka tahu apa saja
yang harus mereka persiapkan untuk mencapai tujuan tersebut. Peningkatan prestasi
akademik, penguasaan bahasa asing, keaktifan dalam organisasi, kemampuan
komunikasi, wawasan luar, serta pengalaman aktif dalam berbagai kegiatan pengabdian
sosial adalah hal yang mereka harus persiapkan untuk memperoleh beasiswa studi
tersebut. Dengan memiliki visi yang jelas, proses pendidikan di sekolah akan bisa
mereka jalani secara penuh makna. Para guru tidak perlu lagi bersuara keras
memberikan nasihat kepada para peserta didik untuk belajar ketika mereka sudah
memiliki kesadaran bahwa belajar tersebut merupakan bagian dari upaya
mewujudkan visi mereka.
Memang tidak semua peserta didik memiliki minat untuk
melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Sebagian memilih untuk bekerja
setelah lulus sekolah. Sebagian memilih untuk merintis kegiatan wirausaha. Apa pun
visi yang dimiliki oleh peserta didik, yang jelas visi mereka harus terbentuk
secara matang sejak mereka mulai menjalani kegiatan belajar di awal tahun
ajaran baru. Ini adalah tugas para pendidik untuk membantu mereka merumuskan
visi dan misi tersebut. MPLS memiliki posisi strategis untuk perumusan visi
misi peserta didik tersebut.
Peran strategis MPLS yang kedua adalah membantu
peserta didik untuk memahami apa itu belajar dan bagaimana cara belajar. Tidak semua
peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk belajar. Bahkan sebagian dari
mereka pasti ada (atau banyak) yang yang salah memahami konsep belajar. Sebagian
peserta didik ada yang memahami bahwa belajar duduk di bangku menghadap meja
untuk membaca buku. Sebagian dari mereka mengira bahwa belajar adalah menghafal
materi. Sebagian lainnya berpikir bahwa belajar adalah mempersiapkan diri utnuk
menghadapi ujian. Kalimat-kalimat ini saya utarakan berdasarkan pengalaman saya
sebagai pelajar yang pernah salah dalam memahami konsep belajar, dan pengalaman
sebagai guru yang mengamati para peserta didik yang tidak paham tentang konsep
belajar.
Peserta didik perlu diberi pemahaman tentang cara
efektif untuk belajar. Mereka perlu diperkenalkan dengan keberagaman pendekatan
yang sesuai untuk mempelajari berbagai mata pelajaran. Mereka perlu diberi pemahaman
tentang karakteristik otak sehingga tahu bagaimana memaksimalkannya untuk
proses belajar efektif. Mereka perlu diberi pemahaman tentang kecenderungan
individu dalam mengelola informasi secara efektif. Mereka perlu diberi wawasan
tentang berbagai sumber belajar yang mereka bisa akses, agar tidak bergantung
pada bahan ajar yang ditentukan oleh guru. Semua itu penting, karena pada
kenyataannya banyak peserta didik yang tidak memahami tentang konsep belajar
efektif. Tanpa mengetahui itu semua, mereka akan terjebak dalam trial and error
pada proses belajar mereka, yang berpotensi bisa memunculkan persepsi negative terhadap
aktivitas belajar seperti bahwa belajar itu sulit, belajar itu membosankan, belajar itu tidak menyenangkan.
Peran strategis MPLS yang ketiga adalah memperbaiki
mindset peserta didik tentang pendidikan. Berapa banyak peserta didik yang
merasa terbebani oleh peraturan sekolah, sehingga mereka menjalani aturan
dengan keterpaksaan. Berapa banyak peserta didik yang merasa kedisiplinan
merupakan belenggu bagi kebebasan, karena mereka belum tersadarkan akan
pentingnya disiplin. Berapa banyak peserta didik yang belum memahami pentingnya
karakter, sehingga mereka abai terhadap kebiasan-kebiasaan kecil yang sebenarnya
bisa mewujud menjadi karakter yang menentukan nasib merka di masa depan. Hal-hal
seperti itu perlu dijelaskan kepada para peserta didik di awal tahun ajaran
baru. Dengan demikian, ada potensi bahwa mereka menjalani proses pendidikan di
sekolah dengan penuh kesadaran, bukan keterpaksaan.
Masih banyak peran strategis progam MPLS yang bisa
dirumuskan dan dilaksanakan oleh sekolah. Yang jelas, schools should never take MPLS for granted. MPLS jangan hanya dilaksanakan
sebagai kegiatan formalitas semata. Ia harus dirumuskan dan dilaksanakan
sebagai program yang penuh makna bagi para peserta didik.
MPLS harus bisa menjadi first impression bagi siswa untuk lebih memahami apa saja yang akan peserta didik peroleh selama bersekolah. Setuju, sekolah harus punya persiapan yang matang dalam MPLS agar program-program yang dilaksanakan menjadi bermakna bagi peserta didik.
BalasHapusBetul sekali, Prof.
HapusJangan sampai sekolah take it for granted dalam menjalankan MPLS.