Membaca
buku The Subtle Art of Not Giving a Fuck, ada satu bagian menarik yang membuat
beberapa orang memilih sikap untuk tidak membuat target besar dalam hidup. Sikap
tersebut diilhamdi oleh bagian dari buku tersebut yang menyatakan bahwa dalam
hidup ini, hal-hal yang membuat kita kecewa kadang adalah goal yang terlalu
besar. Seringkali, goal yang kita ciptakan tidak bisa kita raih, dan itu lah
sumber dari kekecewaan yang berujung ketidakbahagiaan.
Sebagai
seorang pembaca kritis, aku tidak sepenuhnya setuju dengan semua pemikiran yang
disampaikan oleh penulis melalui suatu buku, meskipun buku tersebut adalah buku
super best-seller tingkat dunia. Dalam hal ini, aku juga tidak sepenuhnya
setuju untuk akhirnya tidak membuat goal besar dalam hidup, hanya karena itu
berpotensi menimbulkan kekecewaan. goal dan kekecewaan adalah dua hal yang
seringkali muncul dalam satu paket. Tidak ada yang salah dengan keduanya. Semua
orang yang sukses besar dalam bidang masing-masing pasti pernah merasakan
kekecewaan. konon, Thomas Alfa Edison pernah melakukan ratusan percobaan
sebelum akhirnya menemukan lampu pijar yang bermanfaat bagi manusia di seluruh
bumi. Dalam tiap percobaan yang gagal, pasti lah ada rasa kecewa, karena
harapannya tidak sesuai dengan kenyataan. Andai dia berhenti mencoba demi
menghindari rasa kecewa, mungkin dia tidak akan tercatat dalam sejarah sebagai
seorang penemu besar.
Aku
sendiri pernah mengalami berbagai kekecewaan karena tidak sesuainya realita
dengan harapan. Saat masih kuliah
S1, aku pernah mencoba mengikuti berbagai seleksi program pertukaran pemuda ke antar
Negara (PPAN). Itu adalah salah satu mid-term
goals yang benar-benar aku dambakan untuk aku raih. Betapa kecewanya aku
ketika aku gagal berkali-kali sampai aku tidak pernah sama sekali mendapatkan
kesempatan untuk mengikuti program tersebut. Kegagalan tesebut semakin terasa menyesakkan
dada ketika aku mengingat proses persiapan yang alku jalani yang menurutku
sudah sebegitu maksimalnya. Dari setiap kegagalan seleksi program PPAN tersebut
aku selalu evaluasi diri untuk menemukan aspek mana yang aku harus perbaiki. Setiap
evaluasi, aku selalu mendapatkan pelajaran. Ternyata aku masih kurang dalam hal
kecakapan komunikasi, wawasan, penguasaan wawasan dan praktik budaya, serta
teknik menjalani wawancara. Dari evaluasi tersebut, aku banyak-banyak belajar. Di
antara sekian banyak kekurangan, strategi menjalani wawancara adalah hal yang
menurutku paling kurang pada diriku. Setelah belajar banyak tentang wawancara
melalui berbagai sumber, memiliki kebiasaan membaca dan serta praktik public
speaking dengan jam terbang yang cukup tinggi, sekarang wawancara adalah bagian
yang paling aku sukai. Aku merasa sangat well-prepared dengan wawancara apa
pun, baik wawancara kerja, seleksi beasiswa, maupun wawancara apa pun. Hasilnya,
dalam rentang waktu 10 tahun, aku mendapatkan empat program beasiswa bergengsi
untuk studi di berbagai kampus ternama luar negeri.
Melalui tulisan ini, aku ingin
meyakinkan pembaca bahwa taka pa jika kita pernah merasakan kecewa. Tak apa
jika dalam hidup kita tidak dapat meraih semua goal. Tidak masalah jika kita
kecewa dan menangis saat kita tidak meraih goal yang kita tetapkan. Yang bermasalah
bukan melesetnya goal atau rasa kecewa yang melanda, melainkan sikap kita dalam
menjalaninya. Orang bijak akan menyikapi kekecewaan sebagai pembelajara untuk
menempa diri. Sementara orang yang masih perlu belajar tentang hidup akan bersikap
bahwa kekecewaan adalah hal yang mutlak harus dihindari.
Hidup adalah soal pilihan. Ada orang
yang memilih untuk hidup datar-datar saja, nyaman-nyaman saja. Namun yang perlu
diingat adalah hidup sesingkat ini akan terasa sia-sia jika hanya dijalani
datar-datar saja. Lagipula, apakah ada jaminan bahwa orang yang tidak ber-goal
besar akan terbebas dari rasa kecewa? Belum tentu. Kata orag bijak, ketika
seseorang berhenti bermimpi besar, justru dia adalah laksana prajurit yang
sudah kalah duluan sebelum berperang. Setiap pilihan hidup ada konsekuensinya
masing-masing. Menetapkan tujuan besar beresiko kecewa jika tidak berhasil
meraihnya. Namun ia berpotensi menjadikan seseorang meraih sukses besar. Menetapkan
tujuan hidup yang kecil mungkin menghindarkan seseorang dari rasa kecewa atas
tidak diraihnya tujuan besar. Namun apa lah artinya hidup yang dijalani tanpa pernah
kita mempertaruhkan hal terbesar kita.
“Hidup yang tidak dipertaruhkan tidak
akan pernah dimenangkan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar