Selasa, 19 Januari 2021

Mendaki Gunung: Sebuah perjalanan spiritual


 

Ada beragam motivasi orang melakukan pendakian gunung. Sebagian melakukan aktivitas tersebut sekedar sebagai hobi, merasakan kepuasan ketika deretan nama gunung telah masuk daftar gunung yang telah dijelajahi. Sebagian bermotif ingin eksis di social media. Foto-foto indah menawan yang didapatkan selama mendaki tentu menjadi konten yang menarik untuk menciptakan kesan keren di media social. Demi meraih foto atau video yang super bagus, sebagian pendaki bahkan rela bersusah payah membawa seperangkat gadget seperti kamera beresolusi tinggi dan bahkan drone.  Sebagian bermotif kesehatan, menyadari bahwa mendaki gunung adalah cara yang maksimal untuk membakar kalori dan memacu kesehatan organ-organ tubuh. Aku sendiri merasakan bahwa mendaki gunung adalah sebuah perjalanan spiritual.

Sebagai seorang muslim yang beriman, aku meyakini bahwa aka nada perjalanan panjang di kehidupan setelah kematian. Konon perjalanan itu akan terasa sangat melelahkan bahkan memberatkan bagi sebagian orang, dan mudah dilalui bagi sebagian orang lainnya. Aku terbayang bahwa melakukan long march di padang mahsyar nanti akan menjadi sebuah pengalaman yang berat. Perbuatan kebaikan yang dilakukan selama hidup di dunia akan sangat membantu memudahkan perjalanan tersebut. Setidkanya itu yang diajarkan oleh para ulama melalui ceramahnya. Bekal yang dibawa saat mendaki adalah laksana bekal yang dibawa saat berada di padang mahsyar nanti. Sepanjang perjalanan, aku teringat hal tersebut. Membawa beban tas carrier yang berisi berbagai bekal, menelusuri medan terjal dengan kondisi tenaga yang semakin menipis, adalah pengingat yang sangat kuat akan adanya perjalanan akhirat tersebut.

Dalam perjalanan pendakian, sesekali aku temui jalan setapak. Bukan jalan yang mudah dilalui, melainkan jalan kecil dimana di sisi kanan atau kirinya terdapat jurang yang sangat dalam. Sekali saja terpeleset, tentu pendakian akan menjadi kisah horror, alih-alih menyenangkan. Aku sendiri terheran-heran mengapa aku bisa melalui pendakian tersebut. Keheranan tersebut muncul setelah selesai melalukan pendakian. Ketika mengingat begitu terjalnya medan yang dilalui, kadang hati bertanya, ”kok bisa dan mau-maunya aku melakukan hal tersebut. Hal yang bisa beresiko fatal”. Namun bayangan horror tersebut niscaya sirna, ketika di lain kesempatan ada tawaran lagi dari teman-teman pendaki untuk melakukan pendakian lagi. Apalagi jika hal tersebut sudah menjadi hobi. Bayangan indah dan kepuasan mencapai puncak akan mengalahkan segala bayangan tentang segala tantangan dan kengerian yang ada.

Dalam pendakian, masih memungkinkan untuk kita mendapatkan bantuan dari teman. Misalnya saat lelah, teman membantu membawakan tas carrier kita. Atau teman pendaki membantu menyuguhkan minuman atau makanan penambah energy. Minimal, teman pendaki bisa memberikan penyemangat agar kita bertahan dalam perjalanan hingga sampai pada tujuan. Namun, di akhirat nanti, konon tiap manusia akan bersikap individualistis. Manusia hanya akan peduli pada diri sendiri, pada nasib keselamatan diri. Ini menjadi pelajaran berharga bahwa aku harus menyiapkan bekal yang cukup, agar saat di akhirat nanti aku bisa selamat.

Selain menjadi pengingat akan perjalanan panjang akhirat, mendaki gunung juga menjadi sarana nyata penumbuh rasa syukur sekaligus takjub dengan kemahabesaran Alloh SWT dengan segala ciptaannya yang luar biasa. Berada di ketinggian memandangi hamparan daratan sekitar yang begitu indah menyadarkanku betapa Alloh SWT begitu maha besarnya. Aku yang hanya setitik makhluk ini tak kan terlihat jelas dari gunung seberang sana. Sedangkan gunung besar nan tinggi yang ku daki pun akan Nampak sangat kecil sekali bila dibandingkan dengan luasnya bumi. Rasa syukur membuncah, ketika menyadari bahwa Alloh SWT telah memampukanku untuk sampai ke puncak. Bisa saja aku mengalami kendala dalam perjalanan, namun Alloh membuatnya tidak terjadi.

Orang bisa saja melihat keindahan alam gunung melalui video atau foto yang tersebar di berbagai media. Namun percayalah, ketakjuban akan keindahan alam gunung yang sebenarnya hanya akan dirasa maksimal oleh mereka yang secara langsung berada di tempat tersebut. Logikanya, melihat foto dan videonya saja sudah takjub, apalagi merasakannya secara langsung. Begitu luar biasa kuasa Alloh menciptakan keindahan alam semesta.

Pendakian gunung memang bisa menjadi perjalanan spiritual. Namun tak semua orang bisa merasakan spiritualitas pendakian tersebut. Hanya orang-orang yang mau menyisihkan waktu dan ruang pikirnya untuk merenungi sisi spiritualitas tersebut saja lah yang mampu merasakannya. Aku merasa beruntung bisa mendapatkan pelajaran spiritual dari pendakian gunung yang aku lakukan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar