”Hobi adalah hal yang bisa membuat orang bahagia. Beruntunglah orang-orang yang memiliki banyak hobi, karena dengannya mereka memiliki banyak cara untuk bisa bahagia”
Untuk mendapatkan
jawaban atas alasan orang
memiliki hobi mendaki gunung, aku sempatkan diri
untuk bergabung mendaki gunung dengan beberapa teman yang punya hobi mendaki
gunung. Tak tanggung-tanggung, Gunung Sumbing jadi destinasi pendakianku. Kesan
awal saat mulai mendaki Gunung Sumbing cukup positif. Jalur Kaliangkrik yang terletak
di wilayah Kab. Magelang tersebut menyuguhkan suasana asri nan permai. Apalagi basecamp
nya terletak di Dusun Butuh yang umumnya dikenal dengan nama Nepal Van Java,
karena nuansa Desanya yang mirip seperti Desa-Desa di Nepal.
Mulai mendaki, aku
masih belum menemukan jawaban atas pertanyaan tentang mengapa banyak orang yang
suka mendaki gunung. beban berat yang aku bawa membuatku sempat merasa bahwa
sepertinya akan sulit mendapatkan jawaban tentang alasan kenapa mendaki gunung
layak disukai atau bahkan dijadikan hobi. Baru ketika kami mencapai pos
pertama, dengan suguhan pemandangan gemerlapnya cahaya di wilayah nan jauh di
bawa, aku merasakan satu kepuasan. Berada di wilayah ketinggian di malam hari
dengan hamparan pemandangan luas di bawahnya merupakan kesenangan tersendiri.
Jalanan menanjak
disertai beban yang harus dibawa tentu menjadi tantangan tersendiri. Berat dirasa,
tentunya. Apalagi dalam kondisi menapaki jalan menanjak, tak ada aktivitas lain
yang dirasa perlu untuk dilakukan selain focus melakukan perjalanan. Bahkan, saling
bercanda tawa pun akan terasa tidak menyenangkan. Berbicara saat lelah mendaki
ternyata bukan hal yang bagus. Sampai di sini, belum ku temukan sepenuhnya,
alasan untuk senang mendaki, meskipun aku sudah sempat merasakan indahnya
melihat hamparan gemerlapnya lampu di berbagai wilayah di bawah sana.
Sampai di pos 2, aku
mulai merenung, membanggakan diri karena sudah sukses menaklukkan dua pos yang
penuh tantangan. “medan menanjak dengan jarak lebih dari 2 km telah aku tempuh,
dan ternyata aku bisa”, pikirku. Belum terbayang dalam pikiranku, berapa kilometre
lagi yang harus ku tempuh untuk mencapai puncak. Pun belium terbayang seperti
apa medan yang harus dilalui setelahnya. Perjalanan pun kami lanjutkan, hingga
pada titik istirahat selanjutnya aku merasakan sesuatu yang luar biasa. Kami berhenti
sejenak melepas lelah di tengah malam. Seketika aku meminta teman-temanku untuk
hening beberapa saat supaya bisa sepenuhnya menikmati suasana keheningan malam
di pegunungan. Menikmati keheningan tersebut ternyata rasanya begitu
menentramkan. Suara alam berupa lirihnya angina sepoi-sepoi, dan suara hewan
serangga entah apa namanya, benar-benar terasa seperti terapi psiklogis yang
sangat membuat nyaman jiwa dan pikiran.
Perjalanan kami
lanjutkan, hingga tiba lah kami di pos 3. Di pos tersebut, banyak pendaki yang memasang
tenda. Namun aku sengaja mengajak teman-temanku untuk melanjutkan perjalanan
hingga ke lokasi pendirian tenda paling dekat dengan puncak. Pemandangan alam
dari pos 3 sangat menakjubkan. Jangkauan pandanganku jauh lebih luas lagi. Di depanku,
hamparan gemerlapnya lampu desa dan kota terlihat begitu indahnya. Aku sudah
mencapai titik ketinggian sekitar 2.5 km.
Setelah melalui medan
perjalanan yang sangat terjal, tibalah kami di pos 4. Itu lah pos yang paling
dekat dengan Puncak Sejati Gunung Sumbing. Dari pos tersebut, pemandangan berupa hamparan
wilayah yang ada di bawah nan jauh disana begitu indah. Magelang, salatiga,
temanggung, dan jogja terlihat seperti begitu dekat. Bintang-bintang terhampar
indah di luasnya langit, semakin menambah rasa takjubku kepada Alloh SWT. Di pos
tersebut, tidak ada tenda lain yang didirikan. Lahan pendirian tenda yang ada
di pos tersebut sanbat terbatas, karena hanya ada sedikit bidang tanah yang
cukup datar untuk menjadi tempat pendirian tenda. Sisanya adalah lereng terjal nan
curam yang tak mungkin untuk dijadikan
tempat pendirian tenda. Tepat pukul 13.15, kami mencapai pos tersebut. Tak berpikir
lama, sebagian dari kami bergegas mendirikan tenda. Sebagian lainnya meyalakan
kompor untuk menyiapkan makanan dan minuman hangat. Tak banuak aktivitas malam
yang kami jalani setelah selesai pendirian tenda, selain makan minum secukunya
dan tidur pulas. Pagi hari pukul 5 kami terbangun, melakukan ibadah shubuh, dan
setelah itu melihat keluar tenda dengan penampakan sunrise yang seolah disuguhkan tepat di hadapan kami. Kemegahan ciptaan
Alloh SWT terasa hadir di pagi itu.
Pukul 6.15 pagi, kami
bergegas melakukan pendakian menuju Puncak Sejati. Entah apa sejarah di balik
penamaan Puncak Sejati. Namun aku menduga, bahwa naman Puncak Sejati tersebut
dimaksudkan bahwa hanya para pendaki sejatilah yang mampu mencapai puncak
tersebut. Hal ini bisa dipahami, melihat begitu terjalnya medan yang harus
dilalui untuk mencapai puncak tersebut. Berada di tempat setinggi itu, diriku
merasa ngeri. Pikiran berandai-andai, bagaimana jika pendaki tergelincir ke
jurang, bagaimana jika terjadi badai, bagaimana jika ada bebatuan yang
mengglinding, dan pengandaian-pengandaian mengerikan lainnya. Bersyukur, kami
selamat sampai puncak tersebut. Rasa puas dan bahagia pun membuncah ketika
sampai di Puncak Sejati. Pemandangan indah dan istimewa sudah menjadi
keniscayaan. Rasa lelah yang setelah berpeluh dengan tantangan pendakian
terbayar lunas, dan terasa tidak sia-sia.
Banyak pendaki yang
mengabadikan momen di puncak tersebut. Bahkan ada yang dengan sebegitu niatnya
membawa drone serta kamera canggih. Aku sendiri, mengabadikan momen melalui
kamera dengan secukupnya saja. Selebihnya, aku lebih menikmati perenungan. Ternyata
aku yang merupakan seorang pendaki pemula bisa sampai di puncak tersebut. Ku lihat
sekeliling puncak, nampak gunung Merbabu, Sindoro, Merapi, Ungaran, Prau,
bahkan pucuk Gunung Lawu. Aku merasa hanya beberapa meter saja dari langit. Begitu
besar kuasa Alloh menciptakan alam se-megah itu. Itu baru setitik ciptaan
Alloh, diantara ciptaan-ciptaannya yang begitu luar biasa yang tak terhitung
jumlahnya.
Kini sepertinya aku memiliki
hobi baru, “mendaki gunung”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar