Picture: tommcifle.com/bekerja-tuntas/ |
Ada efek psikologis positif tertentu yang dirasakan saat kerjaan yang begitu banyak terselesaikan dengan tuntas. Rasanya itu luar biasa. Semakin hari, aku semakin menyadari bahwa kerja tuntas itu sangat penting. Kerja tuntas berarti menyelesaikan suatu urusan/kerjaan hingga benar-benar tuntas. Andai aku menyadari pentingnya kerja tuntas sedari kecil, mungkin hidupku sudah sejak lama berjalan efektif. Mungkin aku sudah meraih pencapaian yang jauh dari sebagaimana sekarang.
Kerja tuntas jika dilakukan secara
berulang-ulang, sebagaimana hal lain, akan membentuk kepribadian kita. Orang
yang terbiasa kerja tuntas akan bisa menjalani hidup secara produktif.
Kebiasaan kerja tuntas yang dibarengi dengan karakter berani mencoba akan
membentuk karakter sukses. kebalikan dari kerja tuntas adalah kerja setengah-setengah.
Kerja setengah-setengah bisa bermakna menunda penyelesaian pekerjaan yang
disebabkan oleh berbagai hal, seperti keraguan, tergoda nikmatnya santai sesaat,
sifat procrastinating (menunda), atau bahkan perfeksionis. Jangan berharap
hasil yang maksimal dari kerja yang setengah-setengah.
Kerja tuntas tidak selalu bermakna kerja
dengan hasil sempurna. Namun, kerja tuntas bermakna terselesaikannya pekerjaan
di waktu yang telah ditentukan secara penuh komitmen. Sebenarnya, aku bukan termasuk
model yang sukses memiliki karakter kerja tuntas. Kesadaranku akan pentingnya
kerja tuntas relative belum begitu lama. Namun setidaknya aku sedang on the right track untuk menjadi pribadi
yang berorientasi pada kerja tuntas. Aku membandingkan diriku sendiri dengan
kakak ku. Jika aku mengingat masa lalu, aku bisa membandinkan etos kerjaku
dengan etos kerja kakakku. Aku masih ingat, setiap minggu kami sama-sama
memiliki tugas mencari rumput sebanyak dua karung. Namun, yang berbeda adalah
cara kami menyelesaikan pekerjaan tersebut. Kakakku, selesai mendapatkan sekarung
rumput yang pertama, akan bergegas mencari sekarung rumput yang kedua. Setelah
kedua karung diperoleh dan diletakkan di tempat penampungan pakan ternak, dia
akan bebas melakukan aktivitas lain seperti bermain dengan teman-temannya. Kebiasaan
tersebut dilakukan kakakku hingga membentuk kepribadiannya yang selalu bekerja dengan
tuntas. Aku, kebalikannya. Selesai mendapatkan sekarung rumput yang pertama,
alih-alih segera menyelesaikan kerjaan untuk meraih sekarung rumput yang kedua,
aku lebih memilih waktu untuk bersantai dahulu, hingga waktu menjelang sore aku
baru beranjak mencari rumput lagi.
Memang, ada rasa nyaman ketika menunda
pekerjaan. Namun, kenyamanan tersebut adalah sejatinya adalah kenyamanan semu, karena
pada dasarnya ada beban psikologis saat pekerjaan belum tuntas. Kebiasaan kerja
tuntas yang dimiliki kakakku menjadikannya menjalani hidup yang menurutku lebih
produktif dari aku. Kakak ku, memiliki karakter laksana antithesis dari karakterku.
Dia suka kerja tuntas dan berani emncoba hal-hal baru. Sementara, aku terbiasa
kerja setengah-setengah, cenderung menunda penyelesaian pekerjaan
(procrastinating), serta perfeksionis.
Menyadari pentingnya kerja tuntas, aku sudah
membiasakan diri menyelesaikan kerjaan secara tuntas. Aku yakin tidak ada kata
terlambat untuk aku memiliki kebiasaan kerja tuntas, hingga ia mengakar menjadi
salah satu karakterku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar