Senin, 23 Januari 2017

Membiasakan Kerja Tuntas

Gambar: http://selaseptian020.blogspot.jp/

Aku jadi semakin menyadari pentingnya kerja tuntas. Masalah-masalah yang sering aku alami berkaitan dengan hal ini. Kerja yang tak tuntas. Meski pahit, namun aku harus jujur bahwa aku terbiasa sedari kecil dengan ketidaktuntasan dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kadangkala, aku bisa menuntaskan suatu pekerjaan, namun itu terjadi seringkali ketika aku memaksa diri untuk menuntaskannya. Jadi, ketuntasan tersebut terjadi karena dipaksa, bukan karena terbiasa. 

Kerja tuntas, cukup sulit bagi sebagian orang, terutama bagi orang yang memiliki sifat perfeksionis seperti aku. Orang perfeksionis cenderung terlalu ‘njlimet’ dalam mempertimbangkan sesuatu. hingga dia menunda dan terus menunda menuntaskan suatu urusan. Orang perfeksionis cenderung terlalu kritis terhadap diri sendiri dan semua hal yang dilakukan oleh diri sendiri, bahkan kritis yang sebenarnya tak perlu terhadap suatu hal. Repotnya, orang perfeksionis cenderung mengakhirkan penyelesaian suatu urusan hingga detik-detik injury time. Ada perasaan bawah sadar bahwa di injury time nanti akan ada kesempurnaan hasil, sesuatu yang nyatanya seringkali tidak terjadi. 

Aku jadi membandingkan diriku sendiri dengan kakak ku. Ketika masih kecil, kami memiliki tugas yang sama untuk dilakukan secara rutin setiap hari, yaitu memetik rumput untuk pakan ternak. Di hari minggu, kami harus menghasilkan, at least, masing 2 karung besar agar di hari senin kami tidak perlu memetik rumput. Kakak ku seringkali menyelesaikan tugasnya dengan bersegera menyelesaikan tugas tersebut, baru dia menikmati waktu istirakhat. Berbeda dengannya, aku seringkali mengulur waktu untuk menyelesaikannya. Ketika satu karung rumput sudah kudapat, aku cenderung mengakhirkan waktu untuk menghasilkan sekarung rumput yang kedua hingga hari agak sore. 

Hal tersebut kesannya sepele. Namun, ternyata berdampak cukup signifikan terhadap tahap perkembangan hidup selanjutnya. Benar adanya bahwa kebiasaan yang terbentuk sejak kecil akan berdampak ke kebiasaan di fase hidup selanjutnya hingga dewasa. Tidak ada yang tak mungkin, memang, untuk merubah kebiasaan. Namun, merubah kebiasaan yang sudah menjadi karakter membutuhkan upaya yang cukup besar, bahkan sangat besar. 

Kebiasaan tidak tuntas dalam menyelesaikan urusan/pekerjaan berpotensi menimbulkan masalah yang cukup serius. Saya teringat dengan seorang profesor yang memberikan ilustrasi kepada mahasiswanya bahwa dalam hidup yang jadi masalah sebenarnya bukan masalah itu sendiri, melainkan seberapa lama kita membiarkan masalah tersebut ada. Ibarat memegang suatu benda dengan berat 5 kg. Bukan masalah berat benda tersebut yang mmebuat kita capek, atau tangan terasa pegal memegangnya, melainkan lamanya kita memegang benda tersebut. Andai kita sebentar saja memegangnya, tentu tak akan terasa berat yang berlangsung lama. Seperti halnya masalah. Yang menjadikan ia terasa ringan atau berat adalah seberapa lama kita membiarkannya ada. Bersegera menyelesaikan masalah/suatu urusan adalah ibarat bersegera meletakkan benda yang dipegang. Tak akan jadi masalah buat hidup.


Andai saja satu jenis karakter ini bisa teratasi, begitu banyak efektifitas hidup yang bisa diraih. Sebagian urusan dalam hidup teratasi karena tak perlu lagi menghadapi masalah akibat kebiasaan tidak tuntas dalam menyelesaikan urusan. Dari hal ini, aku semakin menyadari betapa pentingnya pendidikan karakter diimplementasikan secara nyata, terutama di lembaga pendidikan formal yang memiliki posisi strategis dalam membentuk karakter generasi muda. 

1 komentar:

  1. Halo, salam kenal. Aku juga merasakan permasalahan yang sama. Sangat sulit rasanya untuk kerja tuntas dalam pekerjaan yang ringan ataupun besar. Bener juga, karena terlalu perfeksionis itu..akhirnya semua ide cemerlang cuma berhenti di otak aja, buat dijadikan kenyataan...(bener bener butuh dukungan dari pihak eksternal dan alasan yang kuaaatt dari diri sendiri). Untuk mengatasi hal seperti menunda nunda sesuatu karena keputusan yang salah, aku memberi tenggat waktu..kapan aku harus memutuskan sesuatu dan berusaha percaya keputusan apapun yang kuambil akan memiliki sisi baik dan buruk. Yah, sebenarnya memang begitu kan? Oke. Salam kenal ya! Semoga kita bisa terus berusaha agar tuntas dalam bekerja :)

    BalasHapus