Kamis, 26 Oktober 2023

Doctoral Degree vs Ekspor


Dua hal ini adalah yang sedang menjadi concern ku sekarang ini. Aku masih terobsesi untuk menjalani studi doktoral di Luar Negeri. Sementara, aku juga terobsesi untuk menjadi seorang eksportir sukses.

Sebenarnya aku sudah on the track of doing the both things.

Untuk urusan persiapan doktoral degree, aku sudah mempersiapkan diri menghadapi rangkaian proses meraih beasiswa S3. Pengayaan bahasa (untuk keperluan test IELTS) sudah aku jalani. Eksplorasi topik yang akan jadi konsentrasi penelitian sudah aku jalani. Korespondensi dengan mantan dosen dari kampus lama masih aku lakukan, dan ini memang paling penting sebagai pintu aku mendapatkan surat sakti meraih beasiswa.

Sementara, untuk urusan ekspor, aku juga cukup waktu mempelajari berbagai seluk beluknya. Termasuk belajar dari ahlinya (mentor), belajar melalui platform pelatihan ekspor, serta memperkaya wawasan tentang ekspor melalui berbagai sumber belajar gratis yang tersedia di Youtube. Tahapan demi tahapan pun sudah aku lakukan. Mendapatkan supplier, mengurus legalitas usaha, memahami strategi meraih buyer, serta memahami segala urusan yang berkaitan dengan proses pengiriman barang, sudah aku lakukan.

Kalo begitu, lantas, mustinya bisa dilakukan dua-duanya dong?

Nah, ini dia.

Berkaca pada upaya yang sudah aku jalani sejauh ini terkait dua hal tersebut, yaitu menjalani studi doktoral dan ekspor, nampak jelas bahwa masing-masing dari keduanya membutuhkan konsentrasi yang ekstra besar. Masing-masing memerlukan fokus yang cukup dalam. Mungkin seseorang bisa menjalani keduanya, dengan catatan, ketika salah satunya sudah bisa berjalan dengan cukup stabil. Namun, jika keduanya masih dalam tahap awal, nampaknya terlalu riskan untuk dijalani dua-duanya sekaligus. Yang jelas, kurangnya fokus bisa berdampak terhadap hasil.

Setidaknya itulah hipotesis yang aku miliki sejauh ini.

Menjalani kehidupan akademik itu menarik bagiku. Terlebih ketika aku menjalaninya di kampus dan lingkungan dimana aku bisa memiliki kekayaan pergaulan, serta berbagai akses yang tak terbatas untuk belajar. Entah kenapa, aku merasa candu terhadap kehidupan kampus di negara maju. Mungkin karena aku sudah merasakannya di Jepang dan Australia. Kuliah bukan semata tentang nilai atau gelar akademik. Kuliah yang kujalani adalah seputar merasakan atmosfir berada di lingkungan yang penuh keberagaman, yang mengayakan.

Itu soal kuliah.

Bagaimana dengan urusan ekspor?

Aku masih teringat dengan kata-kata mentorku. Dia bilang, “Mas, dunia ekspor itu adalah dunia yang sangat luas. Kita memiliki ruang yang tak terbatas untuk eksplorasi, untuk tumbuh, dan untuk mengembangkan kreativitas. Ini adalah dunia yang tepat bagi orang-orang yang memiliki need of achievement yang tinggi seperti Mas. Di bidang ini, kita memang akan mengalami berbagai dinamika. Mungkin akan ada cerita yang menyedihkan. Namun itu bisa kita jadikan sebagai pembelajaran. Mungkin, dan pastinya, akan ada cerita kesuksesan, seperti pertumbuhan bisnis secara eksponensial, yang itu tentunya patut kita rayakan”.

Kata-kata itu begitu menyemangati dan membekas memenuhi ruang pikiranku hingga sekarang.

Menjalani studi doktoral akan menguras empat tahunku. Itu waktu yang cukup lama. Setelahnya, aku mendapatkan sertifikat/ijasah. Lantas, bagaimana setelahnya? Aku otomatisnaik jabatan? otomatis diberdayakan di lembaga-lembaga yang relevan? Sepertinya tidak. Aku hidup di negara dimana orang-orang cerdas kalah dengan orang yang berakses dan ber-privillege lebih. Selesai studi, aku mungkin akan hanya kembali menjadi pegawai biasa.

Bagaimana dengan menghabiskan empat tahun untuk berproses menekuni dunia ekspor?

Kesempatannya fifty-fifty sih. Namun dengan kemampuan yang aku miliki, aku yakin bisa sukses berkelimpahan secara finansial, bahkan sebelum genap empat tahun. Bahkan bisa jauh lebih cepat dari itu. Insya Alloh.


Aku bayangkan hidup yang dinamis penuh cerita dan penuh kesempatan untuk bertumbuh. Sepertinya itu yang aku inginkan selama ini.

“Lantas bagaimana dengan karirmu sekarang?”

Well, aku memang senang mengajar. Dan aku akan menjalaninya hingga keadaan membuatku yakin untuk memutuskan merubah haluan.

Banyak hal yang menarik dalam hidup ini. Namun kadang kala ada keadaan yang memaksa untuk memilih.

Aku memang merasa seperti sedang berpacu dengan waktu. Bagaimana tidak? Banyak-orang seusiaku yang sudah mapan menikmati hasil jerih payah atas passion yang telah mereka jalani selama ini. Sementara aku, masih dalam tahap awal untuk meraih sesuatu yang aku anggap besar. Aku anggap besar karena sepertinya inilah yang akan mampu mendayagunakan seluruh kemampuanku.

Jika harus dipilih salah satu untuk difokuskan, memang menjadi pilihan yang cukup sulit. Namun aku tak boleh terlalu lama larut dalam menimbang-nimbang untuk memilih. Waktu begitu berharga. Ia berlalu tanpa jeda, dan takkan bisa mundur walau sedetik.

Aku akan lakukan sebisaku. Menjalani proses untuk meraih keduanya, hingga keadaan membuatku yakin untuk memutuskan.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar