Sudah sekian tahun aku menjadi guru, Aku tak pernah kepo tentang urusan manajemen keuangan sekolah. aku selalu percaya bahwa semua baik-baik saja. Aku percaya bahwa pengelolaan keuangan sekolah baik-baik saja. Aku meyakini bahwa mereka yang mengelola keuangan memiliki integritas. Sepertinya pemikiran seperti itu juga dimiliki oleh para guru lain. Mereka juga mungkin sama-sama meyakini bahwa pengelolaan keuangan sekolah dijalankan dengan penuh akuntabilitas dan kredibilitas.
Namun itu lah jeleknya kepercayaan. Ketika semua orang
percaya dan tidak berpikir dan bertindak kritis, maka peluang-peluang oknum untuk
melakukan penyalahgunaan wewenang cenderung muncul. Jangankan orang yang tipis
imannya. Orang yang paham tentang agama pun, ketika disuguhkan oleh peluang
untuk berbuat curang bisa saja tergoda. oleh karena itu, dalam suatu
organisasi, penting sekali adanya orang yang kritis terhadap berbagai hal. Kritis
menyuarakan pentingnya transparansi. Orang kritis semacam itu mungkin akan
dibenci oleh orang tertentu, yang merasa kepentingannya terusik. Namun itu
adalah sebuah sunatulloh yang harus terjadi untuk terjaminnya kesehatan iklim suatu
organisasi.
Kali ini, aku merasa tidak boleh tinggal diam. Terlalu
nyata dan jelas terlihat, betapa uang Bantuan Operasional Sekolah yang begitu
besar ternyata sebagian tidak digunakan secara semestinya. Malah ada dugaan
disalahgunakan oleh oknum. Sempat aku lihat RKAS, ada
begitu banyak program yang tak direalisasikan, namun dilaporkan terealisir. Pelakunya
adalah orang yang aku sama sekali tidak menyangka sebelumnya bakal melakukan
itu.
Kepala sekolah nampak diam dengan fakta itu. Mungkin tidak
paham. Atau mungkin paham, namun tidak berkeinginan untuk menindaknya. Mana pun
kemungkinan yang ada, kepsek tetap salah membiarkan hal tersebut tanpa diberi
tindakan yang proporsional.
Hingga akhirnya aku putuskan untuk menyarakannya di
publik, grup whatsapp sekolah. Sama sekali tidak bermaksud mempermalukan orang
atau membuat keruh suasana, namun aku berharap isu ini menjadi atensi semua
orang. Aku tidak ingin seolah ini menjadi urusanku sendiri. Sementara ini
nyatanya adalah urusan public sekolah. aku sama sekali tidak memiliki
kepentingan pribadi atas apa yang aku lakukan. Aku hanya ingin di sekolah tempat
ku mengajar ada transparansi. Aku hanya ingin bahwa anggaran yang dikucurkan
pemerintah yang memang ditujukan untuk penyelenggaraan pendidikan di sekolah
benar-benar dipergunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan sekolah, terutaman
kemaslahatan peserta didik. Itu saja.
Benar saja, aku menjadi martir. Banyak yang
membenciku, namun lebih banyak yang mendukungku. Banyak yang sebenarnya satu
pemikiran dan satu kehendak denganku. Hanya saja mereka tidak memiliki
keberanian seperti aku untuk mengungkap kasus tersebut. Aku benar-benar merasa
berani dan nothing to lose. Targetku satu,
ada efek jera pada oknum, sekaligus memberikan pelajaran kepada pengelola
keuangan agar kedepannya amanah dan menunjukkan integritas.
Kadang aku berpikir, jangan-jangan kasus
penyalahgunaan wewenang pengelolaan keuangan juga terjadi di banyak sekolah
lain. Aku pernah mendengar cerita serupa dari berbagai sekolah. namun aku belum
berani untuk menyimpulkan bahwa sebagian besar sekolah terjadi penyalahgunaan
wewenan pengelolaan keuangan. Hal itu perlu survey riil. Meski debimikian, aku
memiliki hipotesis bahwa sebagian besar pengelolaan dana di sekolah
dilaksanakan secara improper dan
tidak transparan. Pantas saja ada sebuah video yang cukup viral di media sosial
yang mengungkapkan bahwa korupsi di dunia pendidikan di Indonesia itu sangat
memprihatinkan. Susah diungkap, memang, karena skalanya kecil namun cukup masif.
Jika begini, bullshit sekali pendidikan karakter
dilaksanakan di sekolah, ketika orang-orang yang mengajarkan pendidikan
karakter menunjukkan perilaku korup seperti itu. Bagaimana bisa sekolah
meyakinkan generasi Indonesia untuk memiliki perilaku anti korupsi ketika
mereka sendiri adalah praktisi korupsi dan ketidakjujuran.
Sungguh miris aku membayangkannya.
Aku akan memastikan bahwa kasus ini harus ada konklusi
yang adil. Para pelaku korup menjadi jera. Sementara semua orang menjadi
waspada untuk berperilaku amanah dan penuh integritas. Manajemen keuangan
menjadi transparan. Dan pelayanan pendidikan terhadap para peserta didik
menjadi optimal.
Itu saja niatku.
Bismillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar