Jihan sedang berbicara dalam bahasa Inggris |
Bercakap-cakap dalam
Bahasa Inggris dengan anak berusia 10 tahun ini membuatku belajar satu hal
penting tentang prinsip belajar. Namanya Jihan. Dalam usia yang relatif belia
tesebut, dia sudah bisa berkomunikasi secara efektif dala Bahasa Inggris. Bagi sebagian
orang, ini bukan lah hal istimewa atau mengejutkan. Namun bagiku, ini adalah
hal luar biasa yang membuatku tertarik untuk mengulas tentang bagaimana anak
se-belia itu bisa begitu lancarnya berbahasa asing.
Untuk anak usia 10
tahun yang berbicara bahasa inggris sebagai bahasa asing, kemampuannya dalam
berkomunikasi bahasa Inggris sangatlah bagus. Bahkan lebih dari cukup. Dengan perbendaharaan
kosakata serta kemampuan merangkai kata yang dia miliki, pasti dia mampu untuk
berkomunikasi dengan penutur Bahasa Inggris asli sekalipun. Aku tertarik untuk
menanyakan dua hal padanya. Pertama adalah bagaimana dia belajar. Yang kedua
adalah bagaimana orangtua nya mendukung dia dalam proses belajar. Ini adalah
dua pertanyaan kunci yang akan bisa menjadi referensi bagi para pendidik dan pembelajar
bahasa asing pada umumnya, dan bahasa inggris pada khususnya.
Aku terkesima saat
mendengar jawaban dari dia bahwa dia sama sekali tidak mengikuti les privat
bahasa inggris. Padahal itu adalah cara umum yang bisanya membuat seorang anak
belia jago berbahasa inggris. Mengetahui jawaban tersebut, pikiranku seketika menerka-nerka
apakah ini adalah akibat dari cara mengajar gurunya di sekolah yang begitu
efektif. Ternyata tidak. Di sekolah dasar, dia tidak mendapatkan materi
pelajaran bahasa inggris. Di balik anak yang bisa berbahasa Inggris, biasanya
ada orang tua yang selalu membiasakan berkomunikasi bahasa Inggris dalam
keseharian mereka. Ini jelas tidak mungkin jadi factor mampu berbahasa
Inggrisnya Jihan, karena aku tahu pasti, bahwa orang tuanya tidak bisa
berbahasa Inggris. Orang tua Jihan adalah pedagang, yang menghabiskan sebagian
besar waktunya untuk berdagang di pasar.
Kemampuan berbahasa
Inggris Jihan ternyata didapatkan dari kebiasaannya menonton film-film
berbahasa inggris di TV kable yang ada di rumahnya. Selain itu, dia juga suka
mendengarkan lagu-lagu berbahasa inggris serta menyanyikannya. Berbagai kosakata
yang dia kuasai didapatkan dari berbagai sumber. Dia bertutur bahwa seringkali
saat dia jalan-jalan dengan keluarga ke berbagai pusat perbelanjaan, dia
melihat kata-kata dalam bahasa inggris. Bagaimana dia tahu arti kosakata
tersebut, dan tau cara mengucapkannya? Ternyata, gambar yang menyertai kosakata
yang dia temukan tersebut membantunya memahami arti dari kosakata tersebut. Artinya,
dia memahami arti sebuah ksoakata melalui pemahaman terhadap konteks. Melihat,
mengamati, meniru, dan mempraktikkan dengan cara yang fun adalah sekian dari
aktivitas-aktivitas penting yang lekat dengan cara belajarnya Jihan.
Faktanya, Jihan tidak
memiliki guru les bahasa inggris dan orang tuanya pun tidak mengajarkan bahasa
Inggris padanya. Namun ada satu hal penting yang Jihan miliki dan itu berpengaruh
terhadap kemampuannya berbahasa Inggris. Hal tersebut adalah privilege. Dia memiliki privilege berupa
fasilitas yang mendukung untuk exposure
terhadap bahasa Inggris, seperti tersedianya TV kabel, koneksi internet di
rumah, dan kakak-kakaknya yang turus serta belajar dengannya. Alih-alih
menyuruhnya belajar, orang tuanya memberikan dukungan emosional dalam belajar. Serta
meyakinkan anaknya bahwa dia pasti bisa.
Anak-anak tidak perlu
disuruh untuk belajar. Cukup dengan pemberian stimulus melalui penyediaan fasilitas
serta lingkungan yang mendukung untuk belajar, maka anak-anak akan belajar
dengan sendirinya. Anak-anak tidak perlu diyakinkan akan pentingnya suatu hal
yang harus dipelajari, karena biasanya daya nalar mereka tidak akan mampu
memahami logika. Cukup dengan membuatnya tertarik pada suatu hal yang kita
ingin mereka pelajari, maka mereka akan belajar dengan sukarela.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar