Picture: https://www.pinterest.com/pin/471048442249830915/ |
Di balik
kesuksesan belajar anak, biasanya ada peran lingkungan sekolah, keluarga, serta
komunitas dimana dia tinggal. Sepertinya susah untuk menemukan anak yang
memiliki pencapaian luar biasa tanpa dukungan ketiga aspek lingkungan tersebut.
Beruntung bagi anak yang memiliki dukungan maksimal ketiga lingkungan tersebut.
Namun pada kenyataannya, masih banyak anak yang memiliki kekurangan dukungan dari
salah satu atau beberapa lingkungan tersebut untuk belajar.
Di sekolah,
aktivitas belajar anak relative lebih efektif dibandingkan dengan aktivitas
belajar ketika dilakukan di rumah. Hal tersebut jelas, karena
aktivitas-aktivitas sekolah memang dirancang untuk focus pada pembelajaran. Namun
bagaimana dengan aktivitas belajar di rumah, apakah memiliki efektivitas yang
sama? Jawabannya tentu beragam. Setiap individu memiliki kondisi dan suasana
yang berbeda di lungkungan keluarga mereka. Sebagian keluarga memiliki support
system yang bagus terhadap belajarnya seorang individu pembelajar. Namun,
sebagian keluarga lainnya tidak memilikinya. Support system tersebut sangat
dipengaruhi oleh pemahaman orang tua anak akan bagaimana menciptakan atmosfir
yang bagus untuk aktivitas belajarnya anak mereka.
Saya
masih ingat masa-masa sekolah saya, dimana belajar adalah sebuah tantangan
besar. Mengapa dikatakan sebagai sebuah tantangan? Karena saya tidak memahami
apa itu belajar. Bagaimana cara belajar yang efektif. Bahkan saya kurang
mendapatkan atmosfir yang mendukung kondusivitas belajar di rumah. Di sekolah, saya
harus belajar, tanpa mengetahui gaya belajar seperti apa yang saya miliki untuk
bisa secara efektif memahami apa yang saya pelajari. Di rumah pun, saya
diserukan oleh orang tua untuk belajar, tanpa memiliki pemahaman tetang kenapa
saya harus belajar. Apa urgensinya belajar bagi kehidupan saya. Di rumah, tidak
jarang orang tua menyeru supaya saya belajar, sementara TV masih dibiarkan
menyala, kondisi ruang belajar kurang didukung fasilitas untuk belajar.
Ada banyak
variable yang menentukan efektivitas belajar. Sejatinya, setiap individu
memiliki gaya belajar masing-masing. Oleh para ahli pendidikan, setidaknya ada
tiga kecenderungan utama gaya belajar. Diantaranya adalah visual, auditori, dan
kinestetik. Sebagian individu memiliki satu gaya belajar yang menonjol. Sementara
sebagian lainnya, memiliki kecenderungan gaya belajar yang merupakan gabungan
dari dua atau ketiganya. Semestinya, efektivitas belajar dipengaruhi oleh
kondisi otak. Otak kita mengeluarkan beberapa gelombang yang berbeda dalam 24
jam putaran waktu. Dalam buku Quantum Learning, Bobby De Porter menjelaskan
bahwa otak kita akan maksimal melakukan aktivitas belajar saat ia memancarkan
gelombang alfa. Ada waktu-waktu tertentu
dimana otak kita memancarkan gelombang Alfa tersebut. Pemilihan waktu belajar
tentu menjadi berpengaruh terhadap efektivitas belajar. Selain itu, kondusivitas
fisik lingkungan belajar juga sangat berpengaruh. Bagaimana seorang pembelajar
visual bisa belajar efektif di lingkungan yang penuh berisik, suasana yang
tidak nyaman, serta lampu penerangan yang kurang. Masih banyak variable lainnya
yang berpengaruh terhadap efektivitas belajar.
Hal-hal
tersebut merupakan bagian dari ranah ilmu pedagogi. Mengingat peran orang tua
sangat besar terhadap kesuksesan belajar anak-anak mereka, semestinya mereka
juga memahami ilmu pedagogi. Selama ini ilmu pedagogi sangat lekat dengan guru.
Padahal orang tua juga memiliki peran sebagai pendidik bagi anak-anak mereka,
dan oleh karenanya mereka seharusnya memiliki pemahaman yang cukup tentang
pedagogi.
Untuk
mendukung suksesnya belajar anak, sinergi antara sekolah dengan orang tua
adalah sebuah keniscayaan. Lalu bagaimana contoh kongkrit menciptakan sinergi
tersebut? Selama ini, hubungan sekolah-orang tua pada umumnya hanya terbatas
pada pembahasan masalah pemenuhan kewajiban biaya administrasi anak serta penanganan
kenakalan anak di sekolah. Padahal, sekolah dan orang tua harus memiliki visi
yang sama untuk mewujudkan berhasilnya pendidikan anak.
Program
nyata yang bisa diselengarakan oleh sekolah untuk bersinergi dengan orang tua
adalah berupa “Kursus Menciptakan Kondusivitas Belajar”. Program ini dilakukan
dengan cara menyelenggarakan seminar atau kuliah pendidikan bagi orang tua
tentang bagaimana menciptakan kondusivitas bagi belajar anak. Orang tua diberi
pemahaman tentang pedagogi. Orang tua diberi pemahaman tentang menetapkan visi
mereka dalam menyekolahkan anak-anak mereka. Ditetapkannya visi tersebut
sangatlah penting, agar proses belajar anak sekian tahun di sekolah benar-benar
mengarah pada suatu tujuan, bukan sebatas melewati kewajiban masa bersekolah
saja. Kursus tersebut bisa dilakukan saat anak memasuki awal tahun pelajaran
pada tingkat pertama.
Sekolah
juga perlu menyediakan wadah komunikasi dengan orang tua, untuk mendukung
sinergi yang berkesinambungan antara keduanya. Perkembangan anak dalam hal
perilaku, kompetensi serta kognisi dalam proses belajar bisa didiskusikan
melalui wadah komunikasi tersebut. Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi sangat memungkinkan tersedianya wadah komunikasi tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar