Minggu, 09 Agustus 2020

Kursus Pedagogi Bagi Orang Tua Siswa


Picture: https://www.pinterest.com/pin/471048442249830915/

Di balik kesuksesan belajar anak, biasanya ada peran lingkungan sekolah, keluarga, serta komunitas dimana dia tinggal. Sepertinya susah untuk menemukan anak yang memiliki pencapaian luar biasa tanpa dukungan ketiga aspek lingkungan tersebut. Beruntung bagi anak yang memiliki dukungan maksimal ketiga lingkungan tersebut. Namun pada kenyataannya, masih banyak anak yang memiliki kekurangan dukungan dari salah satu atau beberapa lingkungan tersebut untuk belajar.

Di sekolah, aktivitas belajar anak relative lebih efektif dibandingkan dengan aktivitas belajar ketika dilakukan di rumah. Hal tersebut jelas, karena aktivitas-aktivitas sekolah memang dirancang untuk focus pada pembelajaran. Namun bagaimana dengan aktivitas belajar di rumah, apakah memiliki efektivitas yang sama? Jawabannya tentu beragam. Setiap individu memiliki kondisi dan suasana yang berbeda di lungkungan keluarga mereka. Sebagian keluarga memiliki support system yang bagus terhadap belajarnya seorang individu pembelajar. Namun, sebagian keluarga lainnya tidak memilikinya. Support system tersebut sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua anak akan bagaimana menciptakan atmosfir yang bagus untuk aktivitas belajarnya anak mereka.

Saya masih ingat masa-masa sekolah saya, dimana belajar adalah sebuah tantangan besar. Mengapa dikatakan sebagai sebuah tantangan? Karena saya tidak memahami apa itu belajar. Bagaimana cara belajar yang efektif. Bahkan saya kurang mendapatkan atmosfir yang mendukung kondusivitas belajar di rumah. Di sekolah, saya harus belajar, tanpa mengetahui gaya belajar seperti apa yang saya miliki untuk bisa secara efektif memahami apa yang saya pelajari. Di rumah pun, saya diserukan oleh orang tua untuk belajar, tanpa memiliki pemahaman tetang kenapa saya harus belajar. Apa urgensinya belajar bagi kehidupan saya. Di rumah, tidak jarang orang tua menyeru supaya saya belajar, sementara TV masih dibiarkan menyala, kondisi ruang belajar kurang didukung fasilitas untuk belajar.

Ada banyak variable yang menentukan efektivitas belajar. Sejatinya, setiap individu memiliki gaya belajar masing-masing. Oleh para ahli pendidikan, setidaknya ada tiga kecenderungan utama gaya belajar. Diantaranya adalah visual, auditori, dan kinestetik. Sebagian individu memiliki satu gaya belajar yang menonjol. Sementara sebagian lainnya, memiliki kecenderungan gaya belajar yang merupakan gabungan dari dua atau ketiganya. Semestinya, efektivitas belajar dipengaruhi oleh kondisi otak. Otak kita mengeluarkan beberapa gelombang yang berbeda dalam 24 jam putaran waktu. Dalam buku Quantum Learning, Bobby De Porter menjelaskan bahwa otak kita akan maksimal melakukan aktivitas belajar saat ia memancarkan gelombang alfa.  Ada waktu-waktu tertentu dimana otak kita memancarkan gelombang Alfa tersebut. Pemilihan waktu belajar tentu menjadi berpengaruh terhadap efektivitas belajar. Selain itu, kondusivitas fisik lingkungan belajar juga sangat berpengaruh. Bagaimana seorang pembelajar visual bisa belajar efektif di lingkungan yang penuh berisik, suasana yang tidak nyaman, serta lampu penerangan yang kurang. Masih banyak variable lainnya yang berpengaruh terhadap efektivitas belajar.

Hal-hal tersebut merupakan bagian dari ranah ilmu pedagogi. Mengingat peran orang tua sangat besar terhadap kesuksesan belajar anak-anak mereka, semestinya mereka juga memahami ilmu pedagogi. Selama ini ilmu pedagogi sangat lekat dengan guru. Padahal orang tua juga memiliki peran sebagai pendidik bagi anak-anak mereka, dan oleh karenanya mereka seharusnya memiliki pemahaman yang cukup tentang pedagogi.

Untuk mendukung suksesnya belajar anak, sinergi antara sekolah dengan orang tua adalah sebuah keniscayaan. Lalu bagaimana contoh kongkrit menciptakan sinergi tersebut? Selama ini, hubungan sekolah-orang tua pada umumnya hanya terbatas pada pembahasan masalah pemenuhan kewajiban biaya administrasi anak serta penanganan kenakalan anak di sekolah. Padahal, sekolah dan orang tua harus memiliki visi yang sama untuk mewujudkan berhasilnya pendidikan anak.

Program nyata yang bisa diselengarakan oleh sekolah untuk bersinergi dengan orang tua adalah berupa “Kursus Menciptakan Kondusivitas Belajar”. Program ini dilakukan dengan cara menyelenggarakan seminar atau kuliah pendidikan bagi orang tua tentang bagaimana menciptakan kondusivitas bagi belajar anak. Orang tua diberi pemahaman tentang pedagogi. Orang tua diberi pemahaman tentang menetapkan visi mereka dalam menyekolahkan anak-anak mereka. Ditetapkannya visi tersebut sangatlah penting, agar proses belajar anak sekian tahun di sekolah benar-benar mengarah pada suatu tujuan, bukan sebatas melewati kewajiban masa bersekolah saja. Kursus tersebut bisa dilakukan saat anak memasuki awal tahun pelajaran pada tingkat pertama.

Sekolah juga perlu menyediakan wadah komunikasi dengan orang tua, untuk mendukung sinergi yang berkesinambungan antara keduanya. Perkembangan anak dalam hal perilaku, kompetensi serta kognisi dalam proses belajar bisa didiskusikan melalui wadah komunikasi tersebut. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sangat memungkinkan tersedianya wadah komunikasi tersebut.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar