Selasa, 30 Juli 2013
Pengajaran Bahasa Inggris di Indonesia gagal?
Judul ini bisa jadi menuai protes, tentunya dari kalangan yang tidak sepakat bahwa pendidikan bahasa inggris di indonesia gagal. Faktanya memang seperti itu. Jujur, itu adalah pendapat subjektif saya. Namun, bukan tanpa dasar saya memiliki pendapat demikian. Satu hasil penelitian sebuah lembaga bahasa inggris di indonesia cukup memberi penguatan bahwa pendidikan bahasa inggris di negara kita belum berhasil, bahkan gagal.
Lembaga tersebut mengumumkan laporan komprehensif pertama tentang indeks kemampuan berbahasa Inggris di 44 negara di mana bahasa Inggris bukan merupakan bahasa ibu/ pertama yang digunakan. English Proficiency Index (EPI), adalah indeks pertama yang membandingkan kemampuan berbahasa Inggris orang dewasa di berbagai negara. Indeks ini menggunakan data uji unik (metodologi khusus) pada lebih dari dua juta orang di 44 negara yang menggunakan tes gratis secara online selama kurun waktu tiga tahun (2007-2009). Haslnya, indonesia menempati peringkat 34 dari 44 negara yang diteliti. Tentunya, ini bukan fakta menarik yang patut disyukuri. Sebaliknya, hendaknya dijadikan sebagai bahan refleksi untuk kemudian melakukan perbaikan diri secara kolektif.
Selanjutnya, perlu kita pahami bersama hakikat pendidikan bahasa inggris, dan melihat bagaimana fakta praktis pendidikan bahasa inggris di indonesia.
Apa sih tujuan dari kita belajar Bahasa Inggris? Apa kita dikatakan berhasil apabila kita mendapatkan nilai Bahasa Inggris 90 atau 100 mungkin? Jika iya berarti kita sudah menguasai Bahasa Inggris. Di Indonesia belajar Bahasa Inggris tidak lebih dari hanya mendapatkan angka, mendapatkan nilai ujian yang memuaskan. Keberhasilan seakan-akan mutlak ditentukan oleh angka yang tertera dalam ijazah. Banyak di antara para orang tua yang merasa senang karena anak-anaknya mendapatkan predikat yang tinggi. Lihat saja nilai Bahasa Inggrisnya bagus. Namun ketika ditanya dan disuruh bercakap-cakap serta merangkai kalimat Bahasa Inggris dia bingung. Beginilah fakta yang terjadi di Negara kita. Selama bertahun-tahun belajar Bahasa Inggris dari SD sampai perguruan tinggi tetapi Bahasa Inggrisnya Cuma bisa yes dan no terus I love you….
Di Indonesia, orientasi belajar Bahasa Inggris didasarkan atas nilai. Banyak anak-anak yang dileskan di Bimbingan belajar yang terkenal tujuan utamanya adalah supaya nilainya bagus saat di sekolah apalagi menjelang ujian sekolah. Dari SD, SMP dan SMA lagi-lagi nilai, nilai dan nilai. Fenomena inilah yang terjadi di Negara kita dimana mindset kita tertuju pada nilai. Tidakkah kita menyadari betapa pentingnya belajar Bahasa Inggris yang sebenarnya. Bahwa belajar Bahasa apa saja di dunia ini pada hakikatnya adalah supaya kita dapat berkomunikasi dengan bahasa itu. Bahasa Inggris tidak jauh berbeda dengan bahasa-bahasa yang lainnya. Kenapa Bahasa Inggris kita sejak dulu sampai sekarang itu-itu saja, tidak ada peningkatan. Sia-sia saja jika kita belajar Bahasa Inggris bertahun-tahun lamanya namun setelah kita lulus dari lembaga pendidikan yang benama sekolah lantas good bye tiada memberi manfaat bagi kita untuk mengaplikasikannya di dalam kehidupan kita.
Dari dulu sampai sekarang ini kurikulum hanya sebagai formalitas saja dan di lapangan faktanya tidak memberi kemampuan Bahasa Inggris yang signifikan. Betapa hebatnya kurikulum didesain, namun kenyataannya hasilnya nol besar. Kita lihat betapa di dalam kurikulum bertujuan memberikan kompetensi Bahasa Inggris dari level terendah yaitu performative samapai level functional, informational dan epistemic namun lagi-lagi faktanya di lapangan anak-anak, lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dari dasar sampai perguruan tinggi hanya berhasil secara teori saja. Padahal kalau kita lihat betapa nilainya bagus-bagus dan lulus dengan predikat memuaskan. Bukankah ini bertolak belakang.
Yang menjadi masalah inti mengapa kita gagal menguasai Bahasa Inggris adalah karena Bahasa Inggris hanya sifatnya sebagai teori saja. Bahasa Inggris tidak lagi digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada follow up setelah anak-anak lulus dari sekolah. Di Indonesia kurang ada sarana yang mendukung secara merata atau lingkungan yang mendukung untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan Bahasa Inggris. Minimnya tempat-tempat yang mendukung seperti English club, English areas.
Di Negara kita, Bahasa Inggris juga merupakan bahasa asing. Sebenarnya, ini bukan masalah besar mengingat negara-negara lain yang mempelajari bahasa inggris sebagai bahasa asing juga banyak yang pada berhasil. Contoh negara brazil, thailand, filipina, dan masih banyak lainnya. Asalkan pendidikann bahasa inggris diorientasikan pada praktik, bukan pada teori semata dan pencapaian nilai berupa angka, maka bisa kita capai keberhasilan pendidikan bahasa inggris di indonesia.
Perlu kesadaran bersama untuk memahami bahwa hendaknya kita mempelajari bahasa inggris dengan orientasi agar mampu berkomunikasi secara aktif baik secara lisan maupun tulisan. Berbagai pihak mempunyai porsi masing-masing untuk melakukan perubahan. Dimulai dari Pemerintah, yang mempunya peran mendesain kurikulum di lembaga pendidikan formal agar benar-benar berorientasi pada kemampuan berkomunikasi, bukan sekedar mendapat nilai berupa angka. Para guru perlu menyadari hal ini, dengan cara mengarahkan para anak didiknya untuk aktif melakukan praktik berbahasa inggris, bukan malah membiarkan diri terbawa kebiasaan umum mengajarkan bahasa inggris yang theoretical-oriented. kemudian, para pembelajar bahasa inggris juga perlu membiasakan diri untuk mempraktikkan bahasa inggris secara aktif. Biasanya, yang mengganjal semangat untuk praktik bahasa inggris adalah adanya ketidaknyamanan dalam melakukan prosess belajar. Namun, sebagaimana sudah menjadi sifatnya, belajar/mempelajari hal baru seringkali tidak nyaman, karena kita musti bergelut dengan kekeliruan dan kegagalan sementara.
Mari kita bersama-sama perbaiki orientasi pendidikan bahasa inggris, demi keberhasilan pendidikan bahasa inggris di indonesia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar