source:www.bernas.id |
Sebagai seorang calon Guru Penggerak,
saya telah menjalani berbagai pengalaman pembelajaran yang intensif dan
bermakna melalui Modul 2.3 yang berfokus pada coaching dan supervisi akademik.
Modul ini tidak hanya memperkaya pengetahuan saya tentang teknik coaching dan
peran supervisi akademik, tetapi juga menghubungkan konsep ini dengan
pembelajaran berdiferensiasi serta pembelajaran sosial dan emosi yang telah
dipelajari sebelumnya. Artikel ini akan merefleksikan pengalaman saya,
menganalisis keterkaitan antar materi, dan merumuskan kesimpulan serta
rekomendasi untuk implementasi di masa mendatang.
Pengalaman Belajar dan Refleksi
Emosional
Pengalaman belajar dalam Modul 2.3
memperkenalkan saya pada keterampilan dan teknik coaching yang dapat digunakan
untuk mendukung pengembangan profesional guru di sekolah. Melalui berbagai
aktivitas praktis dan diskusi, saya memahami bagaimana coaching dapat membantu
guru dalam mengidentifikasi kekuatan dan area pengembangan mereka, serta
bagaimana memberikan umpan balik yang konstruktif dan mendorong refleksi diri.
Emosi yang saya rasakan selama proses
belajar ini beragam, mulai dari antusiasme dan kebahagiaan ketika memahami
konsep baru, hingga rasa frustrasi saat menghadapi tantangan dalam menerapkan
teknik coaching. Namun, secara keseluruhan, pengalaman ini memberikan kepuasan
dan motivasi untuk terus belajar dan berkembang.
Yang sudah berjalan baik dalam
keterlibatan saya adalah kemampuan untuk mendengarkan secara aktif dan
memberikan umpan balik yang bermanfaat kepada rekan sejawat. Namun, saya
menyadari bahwa saya perlu memperbaiki kemampuan dalam mengajukan pertanyaan
yang menggali lebih dalam, serta dalam membangun kepercayaan dan hubungan yang
kuat dengan guru yang saya bimbing.
Analisis untuk Implementasi dalam
Konteks CGP
Salah satu pertanyaan kritis yang
muncul dari pembelajaran ini adalah: Bagaimana saya dapat memastikan bahwa
teknik coaching yang saya terapkan benar-benar efektif dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran di sekolah? Pertanyaan ini mendorong saya untuk menggali
lebih dalam tentang berbagai model coaching yang ada dan bagaimana mereka dapat
disesuaikan dengan konteks sekolah saya.
Dalam proses ini, saya menemukan
wawasan baru tentang pentingnya personalisasi dalam coaching. Setiap guru
memiliki kebutuhan dan tantangan yang unik, sehingga pendekatan coaching harus
fleksibel dan disesuaikan dengan individu yang dibimbing. Saya juga menyadari
bahwa coaching bukan hanya tentang memberikan solusi, tetapi juga tentang
membantu guru menemukan solusi mereka sendiri melalui refleksi dan eksplorasi.
Tantangan utama yang saya hadapi
dalam konteks sekolah adalah keterbatasan waktu dan sumber daya untuk melakukan
sesi coaching yang efektif. Selain itu, ada juga resistensi dari beberapa guru
yang merasa bahwa mereka tidak memerlukan bimbingan. Untuk mengatasi tantangan
ini, saya memunculkan beberapa alternatif solusi, seperti mengintegrasikan
coaching dalam rutinitas harian sekolah, menggunakan teknologi untuk mendukung
sesi coaching jarak jauh, dan menciptakan budaya kolaboratif yang mendukung
pertumbuhan profesional.
Keterhubungan dengan Pengalaman dan
Praktik Baik
Pengalaman masa lalu saya sebagai
seorang guru dan coach memberikan dasar yang kuat dalam memahami pentingnya
coaching dan supervisi akademik. Dalam penerapan di masa mendatang, saya
berencana untuk mengintegrasikan teknik coaching yang telah dipelajari dalam
setiap aspek pengembangan profesional di sekolah. Misalnya, dalam pembelajaran
berdiferensiasi, saya dapat menggunakan coaching untuk membantu guru merancang
strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan setiap siswa.
Selain itu, praktik baik dari modul
lain, seperti pembelajaran sosial dan emosi, dapat diterapkan dalam coaching
untuk membantu guru mengelola stres dan meningkatkan kesejahteraan mereka.
Informasi yang didapat dari berbagai sumber, termasuk rekan sejawat dan
literatur pendidikan, juga memberikan perspektif yang berharga dalam
mengembangkan pendekatan coaching yang efektif.
Kesimpulan
Modul 2.3 tentang coaching dan
supervisi akademik memberikan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana peran
saya sebagai seorang coach dapat mendukung pengembangan kompetensi dan
kematangan diri pribadi serta profesional guru. Keterampilan coaching yang
diperoleh tidak hanya relevan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di
sekolah, tetapi juga untuk mengembangkan kompetensi sebagai pemimpin
pembelajaran yang efektif.
Dengan mengaitkan konsep coaching
dengan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi, saya
dapat melihat bagaimana pendekatan holistik ini dapat menciptakan lingkungan
belajar yang inklusif dan mendukung perkembangan seluruh peserta didik.
Implementasi yang berhasil membutuhkan komitmen, adaptabilitas, dan kolaborasi
yang erat antara semua pihak yang terlibat.
Melalui refleksi ini, saya menyadari
pentingnya terus belajar dan mengembangkan diri sebagai seorang calon Guru
Penggerak. Dengan memanfaatkan keterampilan coaching dan menerapkan pendekatan
supervisi akademik yang efektif, saya yakin dapat berkontribusi dalam
menciptakan perubahan positif di sekolah dan mendukung keberhasilan pendidikan
di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar