Jumat, 09 Mei 2025

Berkomunitas: Leverage keberhasilan hidup

 

Kita harus memiliki leverage untuk bisa menjadi seorang pribadi yang sukses, berpengaruh, dan bersumberdaya besar. leverage tersebut berupa berbagai komunitas yang kita ikuti. Andai harus memulai dari nol, komunitas apa saja yang layak untuk kita bergabung supaya kita menjadi pribadi yang didambakan tersebut?

Toastmaster club

Ini adalah sebuah komunitas yang berisi orang-orang yang memiliki tujuan untuk mengasah kemampuan komunikasi. Communicative skill sangatlah penting dalma hidup ini. Ia menjadi salah satu pendukung hubungan interaksi yang harmonis, sarana menjelaskan gagasan dan meyakinkan serta mempengaruhi orang lain. Terlepas berapapun usia kita, ini adalah sebuah komunitas yang sangat layak untuk kita masuki.

Komunitas bisnis

Bergabung ke dalam berbagai komunitas bisnis bukan sekedar penting demi mendapatkan ilmu bisnis, melainkan juga penting demi luasnya networking, diraihnya energi positif, terjaganya mindset positif, kuatnya afirmasi positif, dan pada akhirnya terpupuknya energi keberhasilan. Manusia adalah energi. Sekumpulan manusia positif akan menularkan energi positif. Komunitas bisnis pada umumnya berisi orang-orang yang memiliki energi positif untuk tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, bergabunglah dalam komunitas bisnis.

Untuk bisa bergabung ke dalam berbagai komiunitas bisnis, dibutuhkan mata uang. lantas, apa saja mata uang yang dimaksud? Diantaranya adalah skillset yang kita miliki. Dengan adanya skillset, maka rasa percaya diri kita tumbuh. Skillset yang dimaksud bisa berupa kemampuan berkomunikasi, kemampuan marketing, problem-solving, negosiasi, dan berbagai kemampuan lain yang memiliki value tinggi.

Selain skillset, kita juga perlu memiliki portofolio yang bagus. Pengalaman yang banyak dan layak dishare kepada orang lain akan membuat kita bernilai dan dipandang berharga untuk berada di tengah-tengah berbagai komunitas tersebut. namun bagaimana jika kita adalah pemula yang masih sedikit pengalamannya? Kembali ke poin pertama, yaitu milikilah skillset. Setidaknya, itu adalah yang akan membuat kita memiliki rasa percaya diri.

Mata uang selanjutnya adalah karakter. Jadilah pribadi yang membuat orang nyaman, tanpa merasa terintimidasi oleh kehadiran kita. Menjadi pribadi yang jujur berintegritas, hangat, pendengar yang baik, toleran namun bukan people-pleaser, dan memiliki visual serta vocal image yang bagus. Itu adalah mata uang yang sangat berharga.

Komunitas khusus

Yang dimaksud dengan komunitas khusus adalah yang terkait dengan apa yang kita geluti. Kita menggeluti bisnis ekspor, ya kita bergabung kedalam berbagai komunitas ekspor, baik di dalam dunia maya maupun nyata. Kita menggeluti bisnis yang berkaitan dengan dunia digital, maka kita bergabung ke dalam berbagai komunitas terkait. Kita menekuni bisnis tour and travel, maka kita bergabung ke dalam komunitas terkait. Kita menekuni bisnis di berbagai marketplace atau media social, maka gabunglah ke dalam komunitas yang isinya para praktisi marketplace dan medsos.

Komunitas hobi

Ini tidak ada kaitannya dengan orientasi making money, namun hidup butuh keseimbangan. Oleh karena itu, kita perlu memiliki komunitas hobi. Jangan Cuma satu hobi, namun yang banyak.

Komunitas ibadah dan filantropis

Ini juga merupakan komunitas yang bisa menjaga keseimbangan hidup. Hidup sejatinya adalah tentang penghambaan diri terhadap sang Pencipta. Bergabung ke dalam komunitas ibadah akan menjaga focus kita, dan mencegah kita dari misorientasi hidup. Kita butuh mengabdi kepada Alloh SWT. Kita butuh memberikan kontribusi kepada lingkungan sekitar.

Selasa, 29 April 2025

The Vibe is Real: Me in the near future

Aku nulis ini sambil nangis. Bukan nangis sedih, melainkan nangis karena merasa ada getaran bahwa cita-cita besar ku akan lekas terwujud. Cita-cita seperti apa?

Seperti ini…

Bulan ini aku ke Belanda, Jerman dan Prancis untuk jalin komunikasi dengan para potential buyers. Bulan depan aku ke Nigeria, Kenya dan Afrika Selatan untuk komunikasi serta negosiasi dengan potential buyers di sana. Bulan depannya lagi eksplor Indonesia bagian Timur untuk perkuat soliditas dengan para supplier. Bulan depannya aku ke Amerika untuk ikuti pameran dagang dan jalin relasi dengan para potential buyers dari Amerika, sekaligus mengurus sertifikasi ekspor ke Amerika. Bulan depannya lagi aku Umroh sekaligus jalani business trip ke beberapa negara Timur Tengah.

Bulan berikutnya aku ke China mengunjungi pusat-pusat perdagangan. Kunjungi pameran, eksplorasi wisata, dan kunjungan ke kantor ITPC.

Tim ku solid. Manajemen bekerja efektif. Tim product quality control dan logistics selalu ready dan bekerja secara professional. Tim administrasi dagang bekerja professional. Setiap lini bekerja secara autopilot dan tersambung dalam jalinan koordinasi yang rapi.

Oiya, akhirnya aku jadi dosen Alibaba. Kerjaanku memberikan coaching kepada pelaku bisnis pengguna Alibaba dari berbagai negara untuk making money dari Alibaba. Aku juga jadi coach yang di-hire oleh kementerian perdagangan untuk memberikan pendampingan bagi para UMKM dan pebisnis yang ingin melakukan scale up serta ekspansi market ke negara luar.

Aku jalani umroh satu kali setiap 4 bulan. Dari situ, nampak makin luas berbagai peluang fortune-making business yang aku bisa garap. Lingkungan tempat tinggalku mendapatkan manfaat besar dari keberadaanku. Aku berikan coach gratis bagi para pemuda produktif. Aku kasi mereka permodalan, bagi yang memenuhi syarat.

Aku berdampak. Aku Bahagia. Aku kuat. Aku menjadi manfaat. Aku menjadi sebab bahagianya orang-orang di sekitarku. Aku hebat. Aku masuk surga. Insya Alloh. Amiin…


Minggu, 09 Februari 2025

ASN, Passion dan Pilihan Hidup

 

Seorang rekan kerja memutuskan untuk resign dari pekerjaannya sebagai ASN. Cerita serupa juga aku dapatkan dari berbagai media, tentang banyak orang yang memutuskan untuk keluar dari kenyamanan sebagai pegawai negeri. Beragama alasan yang menjadi landasan atas keputusan mereka. Namun, di negeri dimana mendapatkan pekerjaan tetap adalah hal yang sangat sulit, cerita tentang orang keluar dari pekerjaan tetap seringkali memamcing diskusi dan perhatian.

Bulan lalu, viral sebuah berita tentang seorang influencer dengan konten Pendidikan yang memutuskan untuk keluar dari pekerjaan sebagai ASN. Konon, alasannya adalah karena lingkungan yang toxic. Belakangan netizen banyak yang mengemukakan asumsi mereka bahwa alasan utamanya sebenarnya adalah karena penghasilan sebagai influencer/creator konten jauh lebih menjanjikan ketimbang jadi seorang ASN.  

Kembali ke kisah tentang rekan kerjaku. Dia adalah ibu muda yang sedang menghadapi ujian berupa anaknya yang sering sakit-sakitan. Berkali-kali anaknya harus dirawat di rumah sakit. Tentunya hal tersebut membutuhkan biaya yang relative tidak sedikit. Selain itu, rutinitasnya sebagai seorang pengajar yang harus mengajar di tempat jauh dengan perjalanan kurang lebih satu jam cukup terasa memberatkan. Ada perasaan dilematis. Di satu sisi dia harus mengurus anak orang lain. Di sisi lain, anaknya sendiri jadi kurang mendapatkan perhatian. Padahal, ia sedang sakit dan membutuhkan perhatian lebih. Keputusan yang dipandang terbaik olehnya yaitu resign dari ASN dan focus mengurus anak. Demikian hal yang akhirnya dia putuskan.

ASN, sebagaimana pekerjaan lain yang membuat orang terikat secara waktu dan fisik, merupakan rutinitas yang memiliki dua sisi sekaligus. Ia didambakan oleh sebagian orang, karena dinilai menjamin kestabilan, kemapanan, kenyamanan, dan memberikan kepastian masa depan, terutama ketika suda memasuki masa pension. Seringkali menjenuhkan memang, namun hal tersebut dinilai worth it bagi sebagian orang. Sementara, di sisi lain, ia laksana sebuah penjara, yang membelenggu seseorang untuk berkarya dan mendayagunakan segala kreativitas dan kapabilitasnya. Adalah fakta bahwa dalam dunia ASN, kreativitas kita tidak akan terasa menjadi pembeda. Mau sekreatif apapun, se-dedikatif apapun, dan se-hebat apapun kamu bekerja, reward yang kamu dapatkan tak akan berubah selain yang sudah menjadi ketentuan/aturan, dimana gaji ditentukan oleh golongan dan masa kerja, bukan atas dasar meritokrasi atau performa kinerja.

Bagi orang-orang yang merasa memiliki kemampuan lebih untuk berkarya, menjadi ASN tentu akan terasa sebagai sebuah belenggu, atau penjara. Perasaan terpenjara tersebut tidak lantas serta-merta membuat para ASN beranimengambil keputusan untuk keluar dari posisinya sebagai ASN. Ada banyak hal yang dipertimbangkan. Diantaranya adalah pikiran bahwa tidak adan jaminan hidup lebih baik ketika resign. Ada pula yang berusaha menata hidup terlebih dahulu agar kelak siap dengan resiko yang harus diambil ketika resign dari kemapanan.

Menjadi ASN dan segala pekerjaan nine-to-five lainnya adalah laksana menonton film yang alurnya sudah kita pahami dengan pasti. Tentu tak menarik rasanya untuk menonton film yang alur ceritanya sudah jelas dan mudah ditebak. Sejatinya, manusia adalah makhluk yang menyukai kejutan, menyukai hal-hal baru dan pengalaman-pengalaman baru. Maka kemonotonan sejatinya tidak mendapat ruang di hati setiap insan. Hanya saja, kadang tidak adanya pilihan lah yang membuat orang bertahan dalam kemonotonan.

Lalu, bagaimana pandangan dan sikapku atas profesi ASN yang sudah lama aku jalani ini? Yang jelas, aku memiliki perasaan yang sama tentang kejenuhan, kebutuhan untuk terus berkembang, dan keinginan untuk memiliki warna indah dalam hidup. Aku merasa perlu kiranya aku suatu saat bisa terbang bebas mengepakkan sayapku kemanapun aku berkehendak. Aku ingin merasakan petualangan-petualangan baru, pengalaman-pengalaman baru, pencapaian-pencapaian baru, yang kesemuanya itu membuat hidupku terasa lebih hidup.

Aku sedang berada pada jalur yang tepat. Insya Alloh tak lama lagi, I can walk on my path, passion, and inner call. Dahlannomad Nomaddahlan.

Terbang bebas bagai Falcon.

Minggu, 26 Januari 2025

Siapakah Kamu 3 Tahun lagi?

 


Kamu adalah eksportir sukses.

Kamu adalah Alibaba lecturer.

Kamu adalah coach tentang ekspor yang di-hire oleh Disperindag untuk mengisi berbagai pelatihan ekspor di berbagai penjuru tanah air.

Kamu adalah importir sukses.

Kamu adalah filantropis yang berdampak besar.

Kamu adalah online course businessman (IELTS, TOEFL, English for WHV, Alibaba seller course).

Kamu adalah traveller. 

Kamu adalah writer of inspiring books (will it be still relevant to write books in that day?)

Kamu adalah storyteller.

Kamu adalah pemilik biro perjalanan haji dan umroh.

Kamu adalah digital nomad dan petualang. 

Kamu adalah seorang suami sekaligus ayah.

Kamu adalah pewujud segala mimpi-mimpimu.

Insya Alloh…Panjang umur dan sehat jasmani rohani.


Rabu, 11 Desember 2024

What a Privilege to meet Judy Ke, an Alibaba Lecturer from China!

 




Kemarin persis, aku mendapatkan undangan special dari Alibaba. Sebuah acara yang menurutku sangat bermanfaat. Betapa tidak? Acara tersebut berisi success sharing dengan menghadirkan Alibaba Lecturer langsung dari China. Tidak banyak yang mendapatkan kesempatan tersebut. Konon, hanya beberapa company, baik yang baru maupun yang sudah lama, yang diberi privilege untuk menghadiri acara tersebut. Acara berlangsung selama sehari penuh, namun isinya daging semua.

Jumlah total peserta ada sekitar 20 orang, yang mewakili company masing-masing. Somehow, most of them bergerak dalam bisnis furniture. Hanya beberapa yang menggeluti sektor lain, termasuk aku yang focus pada produk agriculture.

Namanya adalah Judy Ke. Seorang wanita enerjik yang dihadirkan sebagai pemateri. Beliau berkewarganegaraan China, namun lama menetap di Eropa dan Kanada. Latar belakang pendidikannya adalah Bachelor Degree in Marketing and management di Ohio State University, Amerika Serikat. Saat ini, beliau sedang menjalankan 7 perusahaan. I was in a big awe of her. Terpikir olehku, bagaimana seorang wanita bisa sebegitu produktifnya, hingga mampu menggerakkan berbagai perusahaan yang semuanya sukses. Revenuenya dari perusahaan tersebut per tahun mencapai puluhan juta dollar. Sangat menginspirasi.

Kenapa dia dihadirkan dalam acara tersebut? karena dia adalah Alibaba Lecturer. Seorang Alibaba lecturer dipilih setela memenuhi berbagai persyaratan tertentu. Salah satu prasyaratnya adalah keberhasilannya dalam menjalankan bisnis di Alibaba. Meman ku akui, dia sangat piawai dalam mengoptimalkan akun Alibaba. Dia begitu tekun, hingga memahami hal-hal detail terkait pengoperasian akun Alibaba. Dia sudah lebih dari 10 tahun memiliki akun took di Alibaba. Success story nya berawal dari pendirian satu akun yang begitu gemilang. Karena sudah memiliki satu blueprint, dia membuka akun-akun lainnya. Hingga kini, dia tercatat sedang memiliki 10 akun, yang kesemuanya berstatus sebagai “Verified supplier”. What an accolade! Hats off!

Satu rahasia yang dia beliau kemukakan padauk saat one-on-one session adalah bahwa dia merupakan orang yang ambisius. Dia tidak akan berhenti hingga dia bener-bener bisa mendapatkan pencapaian besar yang dia ingin raih. Selain itu, dia juga mengatakan bahwa jangan memulai suatu usaha dari nol, karena hal itu akan beresiko makan waktu terlalu banyak. Sedangkan waktu, menurutnya, adalah hal yang sangat precious, bahkan priceless.

You can make money, you can buy everything, but you cannot buy time!

Begitu dia meyakinkan.

Sehingga, sejak pertama kali dia membuka akun Alibaba, dia langsung menggebrak membuka akun verified. Costnya tinggi. Tapi itu lah langkah yang dia putuskan untuk ambil, karena dengan begitu dia bisa melakukan leapfrog, tanpa berlama-lama mengabiskan waktu secara percuma.

Jika kita bisa melompat tinggi, kenapa musti coba-coba melompat yang rendah?

Memang, dia mengakui sendiri bahwa dia memiliki privilege, bahwa dia berasal dari keluarga yang berkecukupan. Namun begitu, aku meyakini bahwa itu bukan merupakan faktor utama atas keberhasilannya. Mindset yang bagus, determinasi tinggi, sifat ambisius, dan kerja keras adalah hal yang menjadi faktor utama atas keberhasilannya.

Dia meyakinkan aku bahwa jika kita mulai membuka akun dengan spending cost yang rendah, karena mau coba-coba alias trial dulu, maka ada kecenderungan kita tidak bersungguh-sungguh. Ada rasa nothing to lose, yang akhirnya membuat kita tidak maksimal dalam pencapaian.

Keluarkan biaya yang membuatmu merasa jika kamu tidak bekerja keras bersungguh-sungguh maka kamu akan kehilangan semuanya.

Begitu dia meyakinkanku.

Iya juga, make sense.

Banyak pelajaran berharga yang aku dapatkan dari wanita mandiri yang memiliki banyak perusahaan tersebut. Aku merasa tertampar. Dia bisa segemilang itu, sementara aku masih berkutat pada urusan resiliensi dalam berusaha.

Aku bersyukur pada Alloh. Aku semakin didekatkan pada hal yang aku dambakan.

Semua terasa mudah. Jalan nampak terpaving dengan sebegitu teratur dan terbukanya oleh Alloh SWT. Mungkin ini memang bukti kebenaran bahwa barang siapa bersungguh-sungguh, maka Alloh akan bukakan jalan.

Pesan terakhir dari Judy Ke padauk adalah “Be successful in your business. You are such a great potential to be Alibaba Lecturer”.

Aku merasa tersemangati. Sebenarnya bukan menjadi Alibaba Lecturer yang menjadi target utamaku. Namun, jika aku bisa mencapai itu, berarti aku telah sukses dan gemilang dalam bisnis eksporku. Karena prasyarat utama untuk menjadi seorang Alibaba Lecturer adalah keberhasilan dalam bisnis ekspor melalui Alibaba. This is such a huge booster. Thanks Judy!

Insya Alloh!

Anata nara dekiru yo!

Kamis, 05 Desember 2024

My Export Business Trajectory

 


Ekspor adalah sebuah long-run game. Aku meyakini itu. proses yang dibutuhkan dari nol hingga benar-benar sukses bisa tahunan. Katakanlah satu tahun pertama adalah penguatan knowledge ekspor, familiaritas terhadap segala hal yang berkaitan dengan ekspor, sambil aktif mencari buyer. Tahun kedua, harus ada progress yang berarti. Closing harus mulai tercapai. Closing ini sangat penting, minimal untuk tetap mempertahankan optimisme. Di tahun kedua ini, investasi harus semakin ditingkatkan. Investasi untuk belajar, expanding circle, experiment, dan menguatkan berbagai skill yang menunjang keberhasilan ekspor.

Tahun ketiga, kita sudah memiliki loyal buyers. Interaksi dan relationship dengan buyer sudah seperti friends, bukan lagi mitra bisnis an sich. Loyal buyers ini yang akan menjadi penopang keberlangsungan dan ekspansi bisnis ekspor. Di tahun ketiga ini, kita sudah cukup stabil dalam memetic hasil dari proses yang dijalani. Pathway sudah nampak begitu terang, seperti bermain Game Empire Earth dimana peta sudah nampak jelas, sehingga segala potensi dan ancama tampak begitu crystal clear.

Tahun ke-empat, bisnis ekspor kita sudah cukup stabil. Kita sudah masuk pada fase menikmati hasil. Namun harus diingat bahwa control emosi harus bagus. Boleh lah kita memberikan self-reward, namun jangan terjebak pada gaya hidup hedon. Keseimbangan finansial perusahaan harus diutamakan. Di tahun ke-empat ini, banyak pekerjaan yang sudah mulai didelegasikan. Hal-hal yang sangat teknis harus sudah bisa ditangani oleh para delegasi, individu-individu yang kita hire supaya bisa meng-handle hal-hal teknis tersebut. Ibarat proses menjalani studi Doktoral, tahun ke-empat ini adalah tahun menjelang wisuda. Sudah banyak paper yang kita publikasikan. Disertasi juga sudah pada fase penyelesaian. Sebentar lagi wisuda. Ada rasa lega, namun juga jangan lengah untuk memastikan bahwa we are still on the right track.

Tahun ke-lima, kita sudah mapan. Harus berproses untuk menguatkan manajemen perusahaan. Harus ada upaya agar kegiatan bisnis ekspor kita lekas untuk tidak lagi bergantung pada supplier. Ekspor komoditas yang sudah sejauh ini dijalani tetap menjadi core business. Namun harus ada upaya diversifikasi usaha. Harus mulai merintis memiliki produk sendiri yang merupakan produk olahan, bukan produk mentah. Di tahun ke-lima ini, sudah ada beberapa Bahasa asing yang sudah dikuasai. Bahasa Jepang, Spanyol, Korea, Arab, dan Prancis. Minimal lima Bahasa itu. Syukur-syukur cukup paham dengan Bahasa Mandarin, italia, jerman dan rusia. Itu bonus.

Target market kita memang luas, namun harus ada keputusan untuk memiliki target market utama. Ada wilayah tertentu yang menjadi target utama market kita. Tentu target market tersebut disesuaikan dengan produk yang dimiliki. Untuk herbs and spices, target market utama ya timur tengah, china, jepang, afrika, dan eropa.

Setelahnya, kita sudah berada pada fase focus berbagi. Bukan lagi kegiatan bisnis semata yang menjadi aktivitas keseharian kita. Melainkan edukasi terhadap masyarakat, serta berperan dalam mengembangkan ekosistem ekspor di Indonesia. Saat itu, aku sudah tampil dimana-mana memberikan pencerahan dan menunjukkan jalan kepada pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM), terutama generasi muda, tentang pentingnya dan bagaimana caranya menggeluti dunia ekspor.

Sudah beberapa tahun berlalu, aku sudah merambah pada focus menekuni kegiatan filantrofi. Semakin mendekatkan diri pada ilahi. Dunia sudah diraih, dan akhirat harus menjadi focus utama.

Itu rencana kita sebagai manusia. Selebihnya, Alloh SWT yang akan menentukan apakah segala rencana ini akan terwujud sebagaimana ia tersusun, ataukah Alloh SWT berkehendak lain. Wallohua’lam bisshowab.

Bismillah….watashinara dekiru yo!

 

Sabtu, 16 November 2024

Refleksi PGP: Setelah selesai, ngapain?

 

Kita sudah selesai melaksanakan serangkaian kegiatan dalam program guru Penggerak. Lantas, setelahnya apa yang harus kita lakukan?

Setelah ini, apakah kita akan menjadi guru dengan performa yang jauh lebih baik, ataukah biasa saja seperti apa adanya kita sebelum mengikuti program Guru Penggerak?

Apakah kita akan menjadi guru yang berkontribusi lebih signifikan bagi dunia Pendidikan, ataukah biasa-biasa saja dan tak ada bedanya dengan mereka yang bukan Guru Penggerak?

Apakah sekolah tempat kita mengajar akan merasakan dampak atas meningkatnya kompetensi kita, ataukah akan biasa saja sebagaimana kondisi semula?

Pernahkah pertanyaan-pertanyaan seperti itu kita ajukan pada diri sendiri, sebagai bagian dari refleksi dan evaluasi?

Ataukah sama sekali tak pernah terbersit dalam sanubari, karena kita terlalu larut dalam selebrasi atas selesainya program ini?

Boleh lah kita ber-euforia atas “pencapaian” yang kita raih ini.

Biar bagaimanapun, membagi waktu agar kita bisa seimbang dalam melaksanakan tugas pokok sebagai pendidik dan menjalani proses Pendidikan PGP ini adalah hal yang cukup menantang dan layak mendapatkan apresiasi.

Di dalamnya, ada istirahat yang tertunda dan kantuk yang tertahan.

Di dalamnya, ada healing-healing yang tidak lagi jadi prioritas, bahkan hak atas keluarga, dan kesehatan mental yang cukup terabaikan.

Bukan lebay, karena memang berbagai tugas dalam PGP ini cukup menguras banyak hal dan membuat kita tidak santay.

Oleh karena itu, boleh lah kita melakukan selebrasi atas semua itu.

Namun, ada hal yang harus dipikirkan, yaitu apa langkah selanjutnya yang harus kita lakukan.

 

Program Guru Penggerak bukan lah soal gengsi karena kita hebat telah lolos seleksi.

Di dalamnya, ada tanggungjawab moral yang harus kita emban dan perlu pembuktian untuk dieksekusi.

 

Setelah menyelesaikan progam ini, kita tidak lagi berada pada fase tergerak dan bergerak.

Kita sudah berada pada fase menggerakkan.

Kita semestinya sudah tidak lagi hanya fokus meningkatkan kompetensi diri.

Melainkan, kita berada pada fase mendorong rekan sejawat untuk terus berkembang dan memperbaiki diri.

Kita sudah tidak lagi berada di fase memimpin diri.

Melainkan, kita harus menjadi pemimpin yang berpengaruh menciptakan perubahan.

 

Kita sudah banyak belajar tentang filosofi Pendidikan, terutama dari Ki hajar Dewantara.

Kita sudah banyak belajar tentang ilmu pedagogik, kepemimpinan, coaching, manajemen asset, mindset, dan bagaimana menghasilkan dampak kebaikan melalu prakarsa perubahan.

Kini saatnya kita mengimplementasikan apa yang telah kita dapatkan.

Semoga kalimat "tergerak, bergerak, dan mampu menggerakkan" mampu kita wujudkan, dan bukan hanya sekedar sebuah slogan.


Tugas besar menanti kita di hadapan, kawan!