Minggu, 09 Februari 2025

ASN, Passion dan Pilihan Hidup

 

Seorang rekan kerja memutuskan untuk resign dari pekerjaannya sebagai ASN. Cerita serupa juga aku dapatkan dari berbagai media, tentang banyak orang yang memutuskan untuk keluar dari kenyamanan sebagai pegawai negeri. Beragama alasan yang menjadi landasan atas keputusan mereka. Namun, di negeri dimana mendapatkan pekerjaan tetap adalah hal yang sangat sulit, cerita tentang orang keluar dari pekerjaan tetap seringkali memamcing diskusi dan perhatian.

Bulan lalu, viral sebuah berita tentang seorang influencer dengan konten Pendidikan yang memutuskan untuk keluar dari pekerjaan sebagai ASN. Konon, alasannya adalah karena lingkungan yang toxic. Belakangan netizen banyak yang mengemukakan asumsi mereka bahwa alasan utamanya sebenarnya adalah karena penghasilan sebagai influencer/creator konten jauh lebih menjanjikan ketimbang jadi seorang ASN.  

Kembali ke kisah tentang rekan kerjaku. Dia adalah ibu muda yang sedang menghadapi ujian berupa anaknya yang sering sakit-sakitan. Berkali-kali anaknya harus dirawat di rumah sakit. Tentunya hal tersebut membutuhkan biaya yang relative tidak sedikit. Selain itu, rutinitasnya sebagai seorang pengajar yang harus mengajar di tempat jauh dengan perjalanan kurang lebih satu jam cukup terasa memberatkan. Ada perasaan dilematis. Di satu sisi dia harus mengurus anak orang lain. Di sisi lain, anaknya sendiri jadi kurang mendapatkan perhatian. Padahal, ia sedang sakit dan membutuhkan perhatian lebih. Keputusan yang dipandang terbaik olehnya yaitu resign dari ASN dan focus mengurus anak. Demikian hal yang akhirnya dia putuskan.

ASN, sebagaimana pekerjaan lain yang membuat orang terikat secara waktu dan fisik, merupakan rutinitas yang memiliki dua sisi sekaligus. Ia didambakan oleh sebagian orang, karena dinilai menjamin kestabilan, kemapanan, kenyamanan, dan memberikan kepastian masa depan, terutama ketika suda memasuki masa pension. Seringkali menjenuhkan memang, namun hal tersebut dinilai worth it bagi sebagian orang. Sementara, di sisi lain, ia laksana sebuah penjara, yang membelenggu seseorang untuk berkarya dan mendayagunakan segala kreativitas dan kapabilitasnya. Adalah fakta bahwa dalam dunia ASN, kreativitas kita tidak akan terasa menjadi pembeda. Mau sekreatif apapun, se-dedikatif apapun, dan se-hebat apapun kamu bekerja, reward yang kamu dapatkan tak akan berubah selain yang sudah menjadi ketentuan/aturan, dimana gaji ditentukan oleh golongan dan masa kerja, bukan atas dasar meritokrasi atau performa kinerja.

Bagi orang-orang yang merasa memiliki kemampuan lebih untuk berkarya, menjadi ASN tentu akan terasa sebagai sebuah belenggu, atau penjara. Perasaan terpenjara tersebut tidak lantas serta-merta membuat para ASN beranimengambil keputusan untuk keluar dari posisinya sebagai ASN. Ada banyak hal yang dipertimbangkan. Diantaranya adalah pikiran bahwa tidak adan jaminan hidup lebih baik ketika resign. Ada pula yang berusaha menata hidup terlebih dahulu agar kelak siap dengan resiko yang harus diambil ketika resign dari kemapanan.

Menjadi ASN dan segala pekerjaan nine-to-five lainnya adalah laksana menonton film yang alurnya sudah kita pahami dengan pasti. Tentu tak menarik rasanya untuk menonton film yang alur ceritanya sudah jelas dan mudah ditebak. Sejatinya, manusia adalah makhluk yang menyukai kejutan, menyukai hal-hal baru dan pengalaman-pengalaman baru. Maka kemonotonan sejatinya tidak mendapat ruang di hati setiap insan. Hanya saja, kadang tidak adanya pilihan lah yang membuat orang bertahan dalam kemonotonan.

Lalu, bagaimana pandangan dan sikapku atas profesi ASN yang sudah lama aku jalani ini? Yang jelas, aku memiliki perasaan yang sama tentang kejenuhan, kebutuhan untuk terus berkembang, dan keinginan untuk memiliki warna indah dalam hidup. Aku merasa perlu kiranya aku suatu saat bisa terbang bebas mengepakkan sayapku kemanapun aku berkehendak. Aku ingin merasakan petualangan-petualangan baru, pengalaman-pengalaman baru, pencapaian-pencapaian baru, yang kesemuanya itu membuat hidupku terasa lebih hidup.

Aku sedang berada pada jalur yang tepat. Insya Alloh tak lama lagi, I can walk on my path, passion, and inner call. Dahlannomad Nomaddahlan.

Terbang bebas bagai Falcon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar