Rabu, 11 Desember 2024

What a Privilege to meet Judy Ke, an Alibaba Lecturer from China!

 




Kemarin persis, aku mendapatkan undangan special dari Alibaba. Sebuah acara yang menurutku sangat bermanfaat. Betapa tidak? Acara tersebut berisi success sharing dengan menghadirkan Alibaba Lecturer langsung dari China. Tidak banyak yang mendapatkan kesempatan tersebut. Konon, hanya beberapa company, baik yang baru maupun yang sudah lama, yang diberi privilege untuk menghadiri acara tersebut. Acara berlangsung selama sehari penuh, namun isinya daging semua.

Jumlah total peserta ada sekitar 20 orang, yang mewakili company masing-masing. Somehow, most of them bergerak dalam bisnis furniture. Hanya beberapa yang menggeluti sektor lain, termasuk aku yang focus pada produk agriculture.

Namanya adalah Judy Ke. Seorang wanita enerjik yang dihadirkan sebagai pemateri. Beliau berkewarganegaraan China, namun lama menetap di Eropa dan Kanada. Latar belakang pendidikannya adalah Bachelor Degree in Marketing and management di Ohio State University, Amerika Serikat. Saat ini, beliau sedang menjalankan 7 perusahaan. I was in a big awe of her. Terpikir olehku, bagaimana seorang wanita bisa sebegitu produktifnya, hingga mampu menggerakkan berbagai perusahaan yang semuanya sukses. Revenuenya dari perusahaan tersebut per tahun mencapai puluhan juta dollar. Sangat menginspirasi.

Kenapa dia dihadirkan dalam acara tersebut? karena dia adalah Alibaba Lecturer. Seorang Alibaba lecturer dipilih setela memenuhi berbagai persyaratan tertentu. Salah satu prasyaratnya adalah keberhasilannya dalam menjalankan bisnis di Alibaba. Meman ku akui, dia sangat piawai dalam mengoptimalkan akun Alibaba. Dia begitu tekun, hingga memahami hal-hal detail terkait pengoperasian akun Alibaba. Dia sudah lebih dari 10 tahun memiliki akun took di Alibaba. Success story nya berawal dari pendirian satu akun yang begitu gemilang. Karena sudah memiliki satu blueprint, dia membuka akun-akun lainnya. Hingga kini, dia tercatat sedang memiliki 10 akun, yang kesemuanya berstatus sebagai “Verified supplier”. What an accolade! Hats off!

Satu rahasia yang dia beliau kemukakan padauk saat one-on-one session adalah bahwa dia merupakan orang yang ambisius. Dia tidak akan berhenti hingga dia bener-bener bisa mendapatkan pencapaian besar yang dia ingin raih. Selain itu, dia juga mengatakan bahwa jangan memulai suatu usaha dari nol, karena hal itu akan beresiko makan waktu terlalu banyak. Sedangkan waktu, menurutnya, adalah hal yang sangat precious, bahkan priceless.

You can make money, you can buy everything, but you cannot buy time!

Begitu dia meyakinkan.

Sehingga, sejak pertama kali dia membuka akun Alibaba, dia langsung menggebrak membuka akun verified. Costnya tinggi. Tapi itu lah langkah yang dia putuskan untuk ambil, karena dengan begitu dia bisa melakukan leapfrog, tanpa berlama-lama mengabiskan waktu secara percuma.

Jika kita bisa melompat tinggi, kenapa musti coba-coba melompat yang rendah?

Memang, dia mengakui sendiri bahwa dia memiliki privilege, bahwa dia berasal dari keluarga yang berkecukupan. Namun begitu, aku meyakini bahwa itu bukan merupakan faktor utama atas keberhasilannya. Mindset yang bagus, determinasi tinggi, sifat ambisius, dan kerja keras adalah hal yang menjadi faktor utama atas keberhasilannya.

Dia meyakinkan aku bahwa jika kita mulai membuka akun dengan spending cost yang rendah, karena mau coba-coba alias trial dulu, maka ada kecenderungan kita tidak bersungguh-sungguh. Ada rasa nothing to lose, yang akhirnya membuat kita tidak maksimal dalam pencapaian.

Keluarkan biaya yang membuatmu merasa jika kamu tidak bekerja keras bersungguh-sungguh maka kamu akan kehilangan semuanya.

Begitu dia meyakinkanku.

Iya juga, make sense.

Banyak pelajaran berharga yang aku dapatkan dari wanita mandiri yang memiliki banyak perusahaan tersebut. Aku merasa tertampar. Dia bisa segemilang itu, sementara aku masih berkutat pada urusan resiliensi dalam berusaha.

Aku bersyukur pada Alloh. Aku semakin didekatkan pada hal yang aku dambakan.

Semua terasa mudah. Jalan nampak terpaving dengan sebegitu teratur dan terbukanya oleh Alloh SWT. Mungkin ini memang bukti kebenaran bahwa barang siapa bersungguh-sungguh, maka Alloh akan bukakan jalan.

Pesan terakhir dari Judy Ke padauk adalah “Be successful in your business. You are such a great potential to be Alibaba Lecturer”.

Aku merasa tersemangati. Sebenarnya bukan menjadi Alibaba Lecturer yang menjadi target utamaku. Namun, jika aku bisa mencapai itu, berarti aku telah sukses dan gemilang dalam bisnis eksporku. Karena prasyarat utama untuk menjadi seorang Alibaba Lecturer adalah keberhasilan dalam bisnis ekspor melalui Alibaba. This is such a huge booster. Thanks Judy!

Insya Alloh!

Anata nara dekiru yo!

Kamis, 05 Desember 2024

My Export Business Trajectory

 


Ekspor adalah sebuah long-run game. Aku meyakini itu. proses yang dibutuhkan dari nol hingga benar-benar sukses bisa tahunan. Katakanlah satu tahun pertama adalah penguatan knowledge ekspor, familiaritas terhadap segala hal yang berkaitan dengan ekspor, sambil aktif mencari buyer. Tahun kedua, harus ada progress yang berarti. Closing harus mulai tercapai. Closing ini sangat penting, minimal untuk tetap mempertahankan optimisme. Di tahun kedua ini, investasi harus semakin ditingkatkan. Investasi untuk belajar, expanding circle, experiment, dan menguatkan berbagai skill yang menunjang keberhasilan ekspor.

Tahun ketiga, kita sudah memiliki loyal buyers. Interaksi dan relationship dengan buyer sudah seperti friends, bukan lagi mitra bisnis an sich. Loyal buyers ini yang akan menjadi penopang keberlangsungan dan ekspansi bisnis ekspor. Di tahun ketiga ini, kita sudah cukup stabil dalam memetic hasil dari proses yang dijalani. Pathway sudah nampak begitu terang, seperti bermain Game Empire Earth dimana peta sudah nampak jelas, sehingga segala potensi dan ancama tampak begitu crystal clear.

Tahun ke-empat, bisnis ekspor kita sudah cukup stabil. Kita sudah masuk pada fase menikmati hasil. Namun harus diingat bahwa control emosi harus bagus. Boleh lah kita memberikan self-reward, namun jangan terjebak pada gaya hidup hedon. Keseimbangan finansial perusahaan harus diutamakan. Di tahun ke-empat ini, banyak pekerjaan yang sudah mulai didelegasikan. Hal-hal yang sangat teknis harus sudah bisa ditangani oleh para delegasi, individu-individu yang kita hire supaya bisa meng-handle hal-hal teknis tersebut. Ibarat proses menjalani studi Doktoral, tahun ke-empat ini adalah tahun menjelang wisuda. Sudah banyak paper yang kita publikasikan. Disertasi juga sudah pada fase penyelesaian. Sebentar lagi wisuda. Ada rasa lega, namun juga jangan lengah untuk memastikan bahwa we are still on the right track.

Tahun ke-lima, kita sudah mapan. Harus berproses untuk menguatkan manajemen perusahaan. Harus ada upaya agar kegiatan bisnis ekspor kita lekas untuk tidak lagi bergantung pada supplier. Ekspor komoditas yang sudah sejauh ini dijalani tetap menjadi core business. Namun harus ada upaya diversifikasi usaha. Harus mulai merintis memiliki produk sendiri yang merupakan produk olahan, bukan produk mentah. Di tahun ke-lima ini, sudah ada beberapa Bahasa asing yang sudah dikuasai. Bahasa Jepang, Spanyol, Korea, Arab, dan Prancis. Minimal lima Bahasa itu. Syukur-syukur cukup paham dengan Bahasa Mandarin, italia, jerman dan rusia. Itu bonus.

Target market kita memang luas, namun harus ada keputusan untuk memiliki target market utama. Ada wilayah tertentu yang menjadi target utama market kita. Tentu target market tersebut disesuaikan dengan produk yang dimiliki. Untuk herbs and spices, target market utama ya timur tengah, china, jepang, afrika, dan eropa.

Setelahnya, kita sudah berada pada fase focus berbagi. Bukan lagi kegiatan bisnis semata yang menjadi aktivitas keseharian kita. Melainkan edukasi terhadap masyarakat, serta berperan dalam mengembangkan ekosistem ekspor di Indonesia. Saat itu, aku sudah tampil dimana-mana memberikan pencerahan dan menunjukkan jalan kepada pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM), terutama generasi muda, tentang pentingnya dan bagaimana caranya menggeluti dunia ekspor.

Sudah beberapa tahun berlalu, aku sudah merambah pada focus menekuni kegiatan filantrofi. Semakin mendekatkan diri pada ilahi. Dunia sudah diraih, dan akhirat harus menjadi focus utama.

Itu rencana kita sebagai manusia. Selebihnya, Alloh SWT yang akan menentukan apakah segala rencana ini akan terwujud sebagaimana ia tersusun, ataukah Alloh SWT berkehendak lain. Wallohua’lam bisshowab.

Bismillah….watashinara dekiru yo!