Aku mencoba ikut serta dalam lomba Guru
Inovatif dan Berdedikasi, yang diselenggarakan oleh Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI). Meski tertatih-tatih karena menyiapkan semua hal yang di
perlukan di tengah kesibukan yang begitu padat, akhirnya aku mampu men-submit
dokumen.
Selesai mengirimkan dokumen, aku
merasa lega. Namun, ada satu hal yang seketika terbersit dalam pikiranku. Aku baru
menyadari, bahwa ternyata prestasiku sangat sedikit. Bahkan bisa dikatakan aku
belum berprestasi. Hal yang cukup menyentak pikiranku adalah ketika aku menyusun
portofolio yang berisi segala catatan karya dan prestasiku. Aku tersadar, bahwa
ternyata prestasi dan karyaku sangat-sangat sedikit. Iseng aku coba melihat portofolio
prestasi dan karya seorang teman yang sama-sama mendaftar lomba ini, aku tertampar
dengan betapa banyaknya karya yang ia miliki. Karya ilmiah, karya tulis fiksi,
mengikuti berbagai kegiatan pengembangan diri, melakukan berbagai penelitian,
menjadi pembicara, dan sebagainya.
Oiya, sebenarnya aku cukup sering
menjadi pemateri dalam berbagai seminar selama 3 tahun terakhir ini. Hanya saja,
aku terlalu malas untuk mengarsipkan berbagai sertifikat keikutsertaanku. Aku tidak
menyangka bahwa mengarsipkan sertifikat semacam itu akan berguna di kemudian
hari.
Kembali ke topik utama. Aku ternyata
beelum berprestasi. Kemana aja aku selama ini? Bukankah aku adalah Dahlan si
pegiat literasi? Bukankah aku adalah Dahlan, orang yang akrab dengan dunia
penelitian? Bukankah aku adalah Dahlan yang suka dengan aktivitas diskusi
ilmiah? Bukankah aku adalah Dahlan yang memiliki kepekaan terhadap berbagai isu
Pendidikan? Bukankah aku adalah Dahlan yang memiliki Blog dengan ratusan
artikel? Kok bisa bahwa aku ternyata masih sangat sedikit karyanya.
Mungkin, aku terlalu lama berdiri
kaku berada di lingkungan pergaulan yang kurang ambisi. Mungkin aku kurang
motivasi, karena tidak ada kanan kiriku yang memiliki semangat yang sama untuk
berkarya. Ah…aku terlalu lembek untuk begitu saja pasrah terhadap keadaan. Bukankah
aku pernah berikrar bahwa aku akan menjadi pembedan dan pewarna dimana pun aku
berada?
Aku sadar, dan aku harus berubah
lebih baik. Jauh lebih baik.
Wahai diriku, berupayalah untuk terus
berkarya, berinovasi dan berkontribusi. Bukan untuk validasi, melainkan untuk
bukti pada diri sendiri bahwa kamu memang pribadi yang layak untuk bisa
berbangga terhadap diri sendiri.
Camkan itu, wahai diri!